Selasa, 24 September 2013

MAKALAH KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN

KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Dasar-dasar Manajemen Pendidikan
Dosen Pengampu: Drs.H.Muslam, M.Ag, M.pd
Kelas: Tadris Kimia 3

Di susun oleh :

     FARIDA ISTIKOMAH                            123711006
                                         MUDRIKATUS ASTNA                         123711021     
                                         ULIL ALBAB                                         123711030



FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013

KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
I.            PENDAHULUAN
Kepemimpinan merupakan bagian penting dari manajemen yaitu merencanakan dan mengorganisasi, tetapi peran utama kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini merupakan bukti bahwa pemimpin boleh jadi manajer yang lemah apabila perencanaannya jelek yang menyebabkan kelompok berjalan ke arah yang salah. Akibatnya walaupun dapat menggerakkan tim kerja, namun mereka tidak berjalan kearah pencapaian tujuan organisasi. Guna menyikapi tantangan globalisasi yang ditandai dengan adanya kompetisi global yang sangat ketat dan tajam.
Sebuah sekolah adalah organisasi yang kompleks dan unik, sehingga memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Untuk membantu para kepala sekolah di dalam mengorganisasikan sekolah secara tepat, diperlukan adanya satu esensi pemikiran yang teoretis, seperti kepala sekolah harus bisa memahami teori organisasi formal yang bermanfaat untuk menggambarkan kerja sama antara struktur dan hasil sekolah. Oleh sebab itu dikatakan bahwa” keberhasilan sekolah adalah sekolah yang memiliki pemimpin yang berhasil..
Masalah kepemimpinan pendidikan saat ini menunjukan kompleksitas,baik dari segi komponen manajemen pendidikan, maupun lingkungan yang mempengaruhi keberlangungan suatu pendidikan. Persoalan yang muncul bisa sepontan, bisa berulang-ulang, makanya diperlukan interaksi yang kreatif dan dinamis antar kepala sekolah , guru dan siswa.
Keberhasilan pendidikan di sekolah juga sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang berpengaruh dalam meningkatkan kinerja guru. Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana (Mulyasa 2004:25). Hal tersebut menjadi lebih penting sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas kepala sekolah, yang menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan efisien. Dalam perannya sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah harus dapat memperhatikan kebutuhan dan perasaan orang-orang yang bekerja sehingga kinerja guru selalu terjaga.
 I.            RUMUSAN MASALAH

1.         Apa pengertian kepemimpinan pendidikan?
2.         Apa fungsi kepemimpinan pendidikan?
3.         Apa saja tipe-tipe kepemimpinan pendidikan?
4.         Apa saja syarat-syarat untuk menjadi kepemimpinan pendidikan?
5.         Apa saja Model-model kepemimpinan pendidikan?
6.         Bagaimana cara mengembangkan kepemimpinan pendidikan?

II.            PEMBAHASAN
A.    Pengertian Kepemimpinan Pendidikan
Kepemimpinan  secara umum didefinisiksn sebagai kemampuan dalam kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan, mengarahkan, dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya terbuat sesuatu yang dapat membantu tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan.
      Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan kelompok yang diorganisir menuju kepada penentuan dan pencapaian tujuan (Ralp M.Stogdill).
Kepemimpinan dalam organisasi berarti penggunaan kekuasaan dan pembuatan keputusan-keputusan. (Robert Dubin).
Kepemimpinan adalah individu di dalam kelompokyang memberikan tugas pengarahan dan pengorganisasaian yang relevan dengan kegiatan-kegiatan kelompok (Fred E.Fiedler).
Untuk kepemimpinan Pendidikan itu sendiri adalah kemampuan untuk menggerakkan pelaksanaan pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien.[1]
A.    Fungsi Pemimpin Pendidikan
     Fungsi utama pemimpin pendidikan adalah kelompok untuk belajar memutuskan dan bekerja, antara lain:
a.       Pemimpin membantu terciptanya suasana persaudaraan, kerjasama, dengan penuh rasa kebebasan.
b.      Pemimpin membantu kelompok untuk mengorganisir diri yaitu ikut serta dalam memberikan rangsangan dan bentuan kepada kelompok dalam menetapkan dan menjelaskan tujuan.
c.       Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan prosedur kerja, yaitu membantu kelompok dalam menganalisis situasi untuk kemudian menetapkan prosedur mana yang paling praktis dan efektif.
d.      Pemimpin bertanggungjawab dalam mengambil keputusan bersama dengan kelompok. Pemimpin member kesempatan kepada kelompok untuk belajar dari pengalaman. Pemimpin mempunyai tanggungjawab untuk melatih kelompok menyadari proses dan isi pekerjaan yang dilakukan dan berani menilai hasilnya secara jujur dan objektif.
e.       Pemimpin bertanggungjawab dalam mengembangkan dan mempertahankan eksistensi organisasi.[1]

B.     Tipe-tipe Kepemimpinan Pendidikan
     Berdasarkan konsep, sifat, sikap dan cara-cara pemimpin tersebut melakukan dan mengembangkan kegiatan kepemimpinan dalam lingkungan kerja yang dipimpinnya, maka kepemimpinan pendidikan dapat diklasifikasikan kedalam tiga tipe, yaitu: tipe otoriter, tipe laissez faire, dan tipe demokratis.
a.      Tipe otoriter
Tipe kepemimpinan otoriter disebut juga tipe kepemimpinan “authoritarian”. Dalam kepemimpinan yang otoriter, pemimpin bertindak sebagai dictator terhadap angggota kelompoknya.[2] Pada kepemimpinan yang otoriter, semua kebijakan atau “policy” dasar ditetapkan oleh pemimpin sendiri dan pelaksanaan selanjutnya ditugaskan kepada bawahannya. Semua perintah, pemberian tugas dilakukan tanpa mengadakan konsultasi sebelumnya dengan orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin otoriter berasumsi bahwa maju mundurnya organisasi hanya tergantung pada dirinya. Dia bekerja sungguh-sungguh, belajar keras, tertib dan tidak boleh dibantah.[3]
b.      Tipe “Laissez faire
Pada tipe “laissez faire” ini, pemimpin memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada setiap anggota staf di dalam tata prosedure dan apa yang akan dikerjakan untuk pelaksanaan tugas-tugas jabatan mereka. Mereka mengambil keputusan dengan siapa ia hendak bekerjasama. Dalam penetapannya menjadi hak sepenuhnya dari anggota kelompok atau staf lembaga pendidikan itu.
Pemimpin ingin turun tangan bilamana diminta oleh staf, apabila mereka meminta pendapat-pendapat pemimpin tentang hal-hal yang bersifat teknis, maka barulah ia mengemukakan pendapat-pendapatnya. Tetapi apa yang dikatakannya sama sekali tidak mengikat anggota. Mereka boleh menerima atau menolah pendapat tersebut.
Apabila hal ini kita jumpai di sekolah, maka dalam hal ini bila akan menyelenggarakan rapat guru biasanya dilaksanakan tanpa kontak pimpinan (Kepala Sekolah), tetapi bisa dilakukan tanpa acara. Rapat bisa dilakukan selagi anggota/guru-guru dalam sekolah tersebut menghendakinya.[4]
c.       Tipe demokratis
Pemimpin yang bertipe demokratis menafsirkan kepemimpinannya bukan sebagai dictator, melainkan sebagai pemimpin di tengah-tengah anggota kelompoknya.[5]
Dalam tipe kepemimpinan ini seorang pemimpin selalu mengikut sertakan seluruh anggota kelompoknya dalam mengambil keputusan, kepala sekolah yang bersifat demikian akan akan selalu menghargai pendapat anggota/guru-guru yang ada dibawahnya dalam rangka membina sekolahnya.
Sifat kepemimpinan yang demokratis pada waktu sekarang terdapat lebih dari 500 hasil research tentang kepemimpinan, jika bahan itu dimanfaatkan dengan baik maka kita akan dapat mempergunakan sikap kepemimpinan yang baik pula. (R.Tjung Wiraputra, 1976 hl 37).
Dalam hasil research itu menunjukkan bahwa untuk mencapai kepemimpinan yang demokratis, aktivitas pemimpin harus:[6]
a.       Meningkatkan interaksi kelompok dan perencanaan kooperatif.
b.      Menciptakan iklim yang sehat untuk perkembangan individual dan memecahkan pemimpin-pemimpin yang potensial.
Hasil ini dapat dicapai apabila ada partisipasi yang aktif dari semua anggota kelompok yang berkesempatan untuk secara demokratis memberi kekuasaan dan tanggungjawab.
Pemimpin demokratis tidak melaksanakan tugasnya sendiri. Ia bersifat bijaksana di dalam pembagian pekerjaan dan tanggung jawab. Dapat dikatakan bahwa tanggung jawab terletak pada pundak dewan guru seluruhnya, termasuk pemimpin sekolah. Ia bersifat ramah dan selalu bersedia menolong bawahannya dengan nasehat serta petunjuk jika dibutuhkan.[7]di dalam kepemimpinannya peimpin sekolah berusaha supaya bawahannya kelak dapat menjalankan tugasnya sebagai pemimpin.

C.    Syarat-syarat Pemimpin Pendidikan
Syarat-syarat yang harus dimiliki oleh pemimpin pendidikan antara lain:
·         Rendah hati dan sederhana
·         Bersifat suka menolong
·         Sabar dan memiliki kestabilan emosi
·         Percaya kepada diri sendiri
·         Jujur, adil, dan dapat dipercaya
·         Keahlian dalam jabatan[8]

D.    Model-model Kepemimpinan Pendidikan
1.   Kepemimpinan Visioner
Konsep visi  Lee Roy Beach (1993:50) mendefinisikan visi sebagai berikut :
Visi menggambarkan masa depan yang ideal, barangkali menyiratkan ingatan budaya yang sekarang dan aktivitas, atau barangkali menyiratkan perubahan
      Terbentuknya visi dipengaruhi oleh pengalaman hidup, pendidikan, pengalaman professional, interaksi da komunikasi, penemuan keilmuan serta kegiatan intelektual yang membentuk pola piker tertentu (Gaffar, 1994 : 56)
Kepemimpinan yang relevan dengan tuntutan “school based management”. Kepemimpinan ini yang difokuskan pada rekayasa masa depan yang penuh tantangan, menjadi agen perubahan (agen of change) yang unggul dan menjadi penentu arah organisasi yang tahu prioritas, menjadi pelatih yang provisional dan menjadi pembimbing anggota lainnya.
         Visioner Leadership didasarka pada tuntutan perubahan zaman yang menuntut dikembangkannya secara intensif peran pendidikan dalam menciptaka sumber daya menusia yang handal.
Untuk menjadi pemimpin yang Visioner, maka seseorang harus :
·         Memahami konsep visi
·         Memahami karakteristik dan unsure visi
·         Karakter visi antara lain:
·         Memperjelas arah dan tujuan, mudah dimengerti dan diartikulasi
·         Mencerminka cita-cita yang tinggi dan menetapka  standart of excellence
·         Menembuhkan inspirasi, semanngat, kegairahan, dan komitmen
·         Menciptakan makna bagi anggota oeganisasi
·         Merefleksikan keunikan, atau keistimewaan organisasi, dst
·         Memahami tujuan visi
Tujuan visi antara lain :
·      Memperjelas arah umum perubahan kebijakan organisasi
·      Memotivasi karyawa kea rah yang baik
·     Membantu proses mengkoordinasi tindakan-tindakan tertentu orang-orang yang berbeda
Langkah – langkah menjadi Visionary Leadership
·         Penciptaan Visi, dari hasil kreatifitas pikir pemimpin berupa ide-ide ideal tentang
      cita-  cita di masa depan.
·         Perumusan Visi
-       Pembentukan dan perumusan visi oleh anggota tim kepemimpinan
-       Merumuskan strategi secara konsensus
-       Membulatkan sikap dan tekad sebagai total commitment untuk mewujudkan visi ini menjadi suatu kenyataan.
·        Transformasi Visi, Kemampuan membangun kepercayaan
·        Impelemntasi Visi , Kemampuan pemimpin dalam menjabarkan dan
      menterjemahkan visi ke dalam tindakan.

2.      Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transformasional dibangun dari dua kata :
·        Kepemimpinan (leadership) :
Setiap tindakan yang dilakukan oleh eseorang untuk mengkoordinasikan, mengarahkan, dan mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan.
·       Transformasional (transformational) :
Mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang berbeda.
Kepemimpinan Transformasional diukur dalam hubungannya dengan efek pemimpin tersebut terhadap para pengikutnya.

Formulasi dari teori Kepemimpinan Transformasional antara lain :
·      Karisma
·      Stimulasi intelektual
·      Perhatian yang individualisasi
Dapat dikatakan bahwa seorang kepala sekolah menerapkan teoti Kepemimpinan Transformasional jika dia mampu mengubah energy sumber-sumber daya baik manusia maupun non manusia untuk mencapai tujuan-tujuan sekolah seperti yang dikemukakan oleh Sudarwan Danim (2003 : 54)
Menurut Leithwood dkk (1999) mengatakan “transformational leadership is seen to be sensitive to organiation building developing shared vision, distributing leadership and building school culture necessary to current restructing efforts in school”
Pemimpin dengan kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan yang memilki visi ke depan dan mampu mengidentifikasikan perubahan lingkungan serta mampu mentransformasikan perubahan tersebut ke dalam organisasi.
Dimensi - dimensi kepemimpinan Transformasional Menurut BASS dan AVOLIO (1994) dengan konsep 4I
·         Idealized Influenced, perilaku yang menghasilkan rasa hormat (respect) dan rasa percaya dari orang- orang yang dipimpinnya.
·         Inspirational Motivation, senantiasa menyediakan tantangan dan makna atas pekerjaan orang-orang yang dipimpinnya.
·         Intellectual Simulation, senantiasa menggali ide-ide baru dan solusi  yang kreatif dari orang-orang yang dipimpinnya
·         Individualized consideration, memberikan perhatian khusus kepada kebutuhan prestasi  dan kebutuhan orang yang dipimpinnya.
Model kepemimpinan transformasial perlu diterapkan dalam dunia pendidikan, karena merupakan salah satu solusi krisis kepemimpinan terutama dalam bidang pendidikan.  Olga Epitropika (2001:1) mengemukakan 6 hal mengapa kepemimpinan transformasial penting bagi suatu organisasi.
·     Secara signifikan meningkatkan kinerja organisasi.
·     Secara positif dihubungkan dengan orientasi pemasaran jangka panjang dan kepuasan pelanggan.
·      Membangkitkan komitmen para anggota terhadap organisasi.
·     Meningkatkan kepercayaan pekerja dalam manajemen dan perilaku keseharian organisasi.
·      Meningkatkan kepuasan [ekerja melalui pekerjaan dan pemimpin.
·      Mengurangi stress para pekerja dan meningkatkan kesejahteraan.
Implementasi model kepemimpinan transformasional falam organisasi atau intstansi pendidikan perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut.
·       Mengaci pada nilai – nilai agama yang ada dalam organisasi  atau  instansi atau bahkan suatu negara.
·        Disesuaikan dengan nilai – nilai yang terkandung dalam sistem organisasi atau instansi tersebut.
·        Menggali budaya yang ada dalam organisasi tersebut.
·        Karena sistem pendidikan merupakan suatu sub sistem maka harus memperhatikan sistem yang lebih besar yang ada di atasnya seperti sistem suatu negara.
Kritisi model kepemimpina transformasional :
Kepemimpinan transformasional hampir sama dengan kepemimpinan transforming. Burns membatasi kepemimpinan yang mentransformasi kepada para pemimpin yang selalu mendapat pencerahan(enlightened) yang menunjuk kepada nilai – nilai moral yang positif dan kebutuhan – kebutuhan tingkat yang lebih tinggi dari para pengikutnya.bagi Bass,seorang pemimpin yang mengaktifkan motivasi pengikut dan meningkatkan komitmennya adalah transformasional, tidak memperhatikan apakan memiliki efek yang menguntungkan untuk pengikutnya atau tidak. Jadi, dengan demikian kepemimpinan transforming merujuk pada pencerahan yang memperhatikan kepemimpinan nilai – nilai moral positif dan kebutuhan – kebutuhan di tingkat lebih tinggi dari para pengikutnya, sedangkan kepemimpinan transformasional tanpa memperhatikan efeknya terhadap pengikutnya atau mengesampingkan nilai – nilai moral yang positif.
            Hal ini senada dengan pendapat Golmen, et.al (2003) yang mengatakan kepemimpinan transforming adalah kepemimpinan yang memiliki kesadaran sendiri tentang emosionalnya, manajemen diri sendiri, kesadaran sosial dan manajemen hubungan kerja. Pola perilaku kepemimpinan yang seperti inidiharapkan berpengaruh positif terhadap bawahannya dalam membentuk nilai – nilai dan keyakinan untuk mencapai tujuan organisasi (Anderson 1998).
            Model kepemimpinan lain yang perlu diperhatikan sebagai kritisi terhadap kepemimpinan transformasional adalah kepemimpnan amanah. Kepemimpinan amanah adalah kepemimpinan yang dilandasi dengan iman dalam rangkan mencapai tingkat ketaqwaan kepada Allah SWT. Model kepemimpinan ini selalu memikirkan keadaan umatnya dan jauh dari memikirkan kepentingan pribadi atau golongannya.  Pemimpin selalu berhati – hati dalam menjaga keimanannya untuk memperoleh derajat taqwa disisi Allah SWT (Ash Shalabi, 2003).

E.     Pengembangan Kepemimpinan Pendidikan
Sedikit mendefinisakan bahwa pengembangan kepemimpinan adalah usaha untuk meningkatkan kemampuan kepemimpinan ketingkat yang lebih tinggi.[9] Pembinaan dan pengembangan kepemimpinan pendidikan ini menjadi tugas dan wewenang dari para pengawas yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas Pendidikan Nasional. Kemudian tanggung jawab pengawas sekolah berdasar Keputusan Mentri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 118 Tahun 1996.[10]
                         Keberadaan struktur, sistem, dan budaya merupakan hambatan perubahan daripada berfungsi sebagai fasilitator. Tingkat kepentingan yang tinggi sangat membantu dalam menyelesaikan semua tahap proses transformasi. Jika tingkat perubahan eksternal terus naik, maka tingkat kepentingan menjadi dominan, organisasi harus (memposisikan diri) dalam arus pengembangan era global. Model abad kedua puluh bukanlah merupakan periode yang panjang, tenang atau puas, karena periode ini begitu singkat, sementara aktivitas kerja sangat padat.
                         Tingkat kepentingan yang lebih tinggi memicu dinamisasi kependidikan yang lebih kreatif dan inovatif. Peningkatan urgensi kepemimpinan pendidikan membutuhkan sistem informasi kinerja yang jauh lebih unggul daripada apa yang biasanya. Sistem penyediaam informasi kinerja selayaknya dapat menginformasikan yang valid dan originalitas, terutama tentang kinerja. Informasi tentang kepuasan peserta didik harus dikumpulkan lebih akurat.
Dengan demikian, para manajer pendidikan seharusnya meningkatkan intensitas melihat dan mendengar keluhan para pelanggan (pelanggan pendidikan) khususnya mereka yang tidak puas terhadap layanan pendidikan. Untuk menciptakan sistem dan memanfaatkan out put secara produktif, budaya sekolah dimulai dengan penanaman nilai-nilai luhur, kejujuran, menggabungkan norma dan kebijakan. Kemudian jumlah rutinitas kinerja yang kurang efektif harus dihilangkan. Perubahan dimulai dari pemimpin pendidikan, kemudian memberikan pengaruh terhadap beberapa personel sekolah melalui contoh perilaku yang dapat membentuk budaya sekolah sehingga menghasilkan beberapa keuntungan oraganisasi sekolah.
     Semua organisasi pendidikan membutuhkan pemimpin yang baik yang bertanggung jawab. Kerja sama tim diperlukan untuk menghadapi transformasi secara periodik. Suksesi di bagian pemimpin organisasi mungkin  tidak lagi menjadi media untuk melatih dan memilih satu orang untuk mengantikan yang lain. Suksesi bisa menjadi proses pengembangan kepemimpinan pendidikan.[11]
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku pemimpin, diantaranya keahlian dan pengetahuan yang dimilikinya, jenis pekerjaan atau lembaga yang dipimpinnya, sifat-sifat dan kepribadiannya, sifat-sifat dan kepribadian pengikutnya, serta kekuatan-kekuatan yang dimilikinya (Purwanto, 2004: 61). Faktor-faktor ini tentunya juga memiliki pengaruh dalam pengembangan kemampuannya. Secara internal, seorang pemimpin dapat melakukan hal-hal yang dapat mengembangkan kemampuannya, diantaranya:
1.      Selalu belajar dari pekerjaan sehari-hari terutama dari cara kerja anggotanya
2.      Melakukan observasi kegiatan manajemen secara terencana
3.      Membaca berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan
4.      Memanfaatkan hasil-hasil penelitian orang lain
5.      Berfikir untuk masa yang akan datang
I.            KESIMPULAN
Kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan untuk menggerakkan pelaksanaan pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
·      Fungsi kepemimpinan pendidikan adalah untuk membina persaudaraan dan bertanggung
     jawab dalam mengambil keputusan , mengembangkan, dan mempertahankan eksistensi
     organisasi
·      Tipe-tipe kepemimpinan pendidikan antara lain otoriter, Laissez-faire, dan Demokratis
·      Syarat-syarat untuk menjadi pemimpin pendidikan antara lain rendah hati, percaya
     kepada diri sendiri, jujur, adil, dan memiliki keahlian dalam jabatan.
Pemimpinan pendidikan adalah orang yang memilki kelebihan untuk mempengaruhi, mengajak, mendorong, membimbing, menggerakkan dan mengkoordinasikan staf pendidikan lainnya ke arah peningkatan mutu pendidikan.
 Model-model kepemimpinan dalam pendidikan antara lain kepemimpinan visioner dan kepemimpinan transformasiona


II.            PENUTUP
Demikianlah makalah ini kami buat, kami harap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dalam mempelajari Kepemimpinan Pendidikan. Kami sadar dalam penyususnan maupun penyampaian makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
































DAFTAR PUSTAKA

Hendyat Soetopo,dkk. 1984. Kepemimpinan dan supervisi pendidikan. Malang : Bina Aksara.

Munajat Nur, 2011. Hand Out Leadership, UIN Suka-Fakultas Tarbiyah dan Keguruan: 2011)

Rohmat, M. Ag, M. Pd, Kepemimpinan Pendidikan Strategi Menuju Sekolah Efektif,(Yogyakarta: Cahaya Ilmu, 2010)



Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta
[1] Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Manajemen Pendidikan. Cetakanke-1, Januari 2009. (Bandung: ALFABETA) Hal.125-126

[2] Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Manajemen Pendidikan. Cetakanke-1, Januari 2009. (Bandung: ALFABETA) Hal.127

[3] Mulyadi.  2010. Kepemimpinan kepala sekolah. Malang: Uin-Maliki Press (Anggota Ikapi) hal  45
[4] Soetopo hendyat,dkk. 1984. Kepemimpinan dan supervisi pendidikan. Malang : Bina Aksara. hal 11
[5] Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Manajemen Pendidikan. Cetakanke-1, Januari 2009. (Bandung: ALFABETA) Hal.127


[6] Soetopo hendyat,dkk. 1984. Kepemimpinan dan supervisi pendidikan. Malang : Bina Aksara. hal 8
[7] Soetopo hendyat,dkk. 1984. Kepemimpinan dan supervisi pendidikan. Malang : Bina Aksara. hal 11
[8] Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Manajemen Pendidikan. Cetakanke-1, Januari 2009. (Bandung: ALFABETA) Hal.127-128



[9] Nur Munajat, 2011. Hand Out Leadership, UIN Suka-Fakultas Tarbiyah dan Keguruan: 2011), hal. 39
[10] Nur Munajat, 2011. Hand Out Leadership, UIN Suka-Fakultas Tarbiyah dan Keguruan: 2011), hal. 37
[11] Rohmat, Kepemimpinan Pendidikan Strategi Menuju Sekolah Efektif, (Yogyakarta: Cahaya Ilmu, 2010), hal. 99-100





[1] Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Manajemen Pendidikan. Cetakanke-1, Januari 2009. (Bandung: ALFABETA) Hal.125-126