TAKHRIJ HADITS
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Ujian Akhir Semester(UAS)
Mata
Kuliah: Ulumul Hadits
Dosen
Pengampu: Ahmad
Zuhrudin,
M.Ag.
Kelas: Tadris
Kimia 2

Di susun oleh :
FARIDA
ISTIKOMAH 123711006
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN
KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI WALISONGO
SEMARANG

I.
PENDAHULUAN
Hadits Nabi merupakan sumber
ajaran Islam, di samping al-Qur’an. Dilihat dari periwayatannya, hadits Nabi
berbeda dengan al-Qur’an. Untuk al-Qur’an, semua periwayatan ayat-ayatnya
berlangsung secara mutawatir, sedang untuk hadits Nabi, sebagian periwayatannya
berlagsung secara mutawatir dan sebagian lagi berlangsung secara ahad.
Karenanya, al-Qur’an dilihat dari segi periwayatannya mempunyai kedudukan
sebagai qat’I al-wurud, dan sebagian lagi, bahkan yang terbanyak, berkedudukan
sebagai zanni al-wurud. Dengan demikian, dilihat dari segi periwayatannya,
seluruh ayat al-Qur’an tidak perlu dilakukan penelitian tentang orisinilnya,
sedang hadits Nabi, dalam hal ini yang berkategori ahad, diperlukan penelitian.
Dengan penelitian itu akan diketahui, apakah hadits yang bersangkutan dapat
dipertanggungjawabkan periwayatannya berasal dari Nabi ataukah tidak.
Kitab-kitab hadits yang
beredar di tengah masyarakat dan dijadikan pegangan oleh umat islam dalam
hubungannya dengan hadits sebagai sumber ajaran islam tersebut adalah
kitab-kitab yang disusun oleh para penyusunnya setelah lama Nabi wafat. Dalam
jarak dan waktu antara kewafatan Nabi dan penulisan kitab-kitab hadits
tersebut, terjadi berbagai hal yang dapat menjadikan riwayat hadits itu
menyalahi apa yang sebenarnya berasal dari Nabi. Denga demikian, untuk
mengetahui apakah riwayat berbagai hadits yang terhimpun dalam kitab-kitab
hadits tersebut dapat dijadikan sebagai hujjah ataukah tidak, terlebih dahulu
perlu dilakukan penelitian.
II.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas,
maka dapat diambil beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Apakah pengertian takhrijul hadits ?
2.
Apa saja metode yang digunakan dalam takhrijul
hadits ?
3.
Apa saja langkah-langkah kegiatan penelitian
sanad hadits ?
4.
Contoh
takhrijul hadits
III.
PEMBAHASAN
1.
PENGERTIAN TAKHRIJUL HADITS
Dr.
Mahmud at-Tahhan menjelaskan bahwa kata at-takhrij menurut pengertian asal
bahasanya ialah “Berkumpulnya dua perkara yang berlawanan pada sesuatu yang
satu”. Kata at-takhrij sering dimutlakkan pada beberapa macam pengertian: dan
pengertian-pengertian yang popular untuk kata at-takhrij itu ialah: al-istimbat
(hal mengeluarkan); at-tadrib (hal melatih atau hal pembiasaan); dan at-taujih
(hal memperhadapkan).
Menurut
istilah dan yang biasa dipakai oleh ulama hadits, kata at-takhrij mempunyai
beberapa arti, yakni:
1. Mengemukakan hadits kepada orang banyak
dengan menyebutkan para periwayatnya dalam sanad yang telah menyampaikan hadits
itu dengan metode periwayatan yang mereka tempuh.
2. Ulama hadits mengemukakan berbagai hadits
yang telah dikemukakan oleh para guru hadits, atau berbagai kitab, atau
lainnya, yang susunannya dikemukakan berdasarkan riwayatnya sendiri, atau para
gurunya, atau temannya, atau orang lain, dengan menerangkan siapa periwayatnya
dari para penyususn kitab atau karya tulis yang dijadikan sumber pengambilan.
3. Menunjukkan asal-usul hadits dan
mengemukakan sumber pengambilannya dari berbagai kitab hadits yang disusun oleh
para mukharrij-nya langsung (yakni para periwayat yang juga sebagai penghimpun
bagi hadits yang mereka riwayatkan).
4. Mengemukakan hadits berdasarkan sumbernya
atau berbagai sumbernya, yakni kitab-kitab hadits, yang didalamnya desertakan
metode periwayatannya dan sanadnya masing-masing, serta diterangkan keadaan
para periwayatnya dan kualitas haditsnya.
5. Menunjukkan atau mengemukakan letak asal
hadits pada sumbernya yang asli, yakni berbagai kitab, yang didalamnya
dikemukakan hadits itu secara lengkap dengan sanadnya masing-masing, kemudian
untuk kepentingan penelitian dijelaskan kualitas hadits yang bersangkutan.
2.
METODE TAKHRIJUL HADITS
Dalam
buku Cara Praktis Mencari Hadits dikemukakan bahwa metode takhrij
ada dua macam, yakni takhrijul hadits bil lafz dan takhrijul hadits bil maudu’.
Takhrij yang disebutkan pertama berdasarkan lafal dan takhrij yang disebutkan
kedua berdasarkan topic masalah. Berikut ini dijelaskan kedua macam metode
tajhrij tersebut.
a. Metode
Takhrijul Hadits bil Lafz (penelusuran hadits melalui lafal)
Adakalanya hadits yang akan diteliti hanya diketahui sebagian saja dari
matn-nya. bila demikian, maka takhrij melalui penelusuran lafal matn lebih
mudah dilakukan.
b. Metide
Takhrijul Hadits bil maudu’ (penelusuran hadits melalui topic masalah)
Mungkin
saja, hadits yang akan diteliti tidak terikat pada bunyi lafal matn hadits, tetapi berdasarkan topic masalah.
Misalnya, topic masalah yang akan diteliti adalah hadits tentang kawin kontrak
atau nikah mut’ah. Untuk menelusurinya, diperlukan bantuan kitab, kamus,
ataupun semacam kamus yang dapat memberikan keterangan tentang berbagai riwayat
hadits tentang topic tersebut.
3.
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PENELITIAN SANAD HADITS
1. Melakukan al-I’tibar
2. Meneliti pribadi periwayat dan metode
periwayatannya
3. Menyimpulkan hasil penelitian sanad
4. CONTOH TAKHRIJUL HADITS
Analisis
Hadits
حَدَّثَنا هَاشَمُ بْنُ الْقَاسِمِ حَدَّثَتَا شَعْبَةُ
عَنْ يَزِيْدَ بْنِ خُمَيْرٍ اْلهَمْدَانِيِّ أبِي عُمَرَ قَالَ: سَمِعْتُ
حَبِيْبَ بْنَ عُبَيْدٍ يُحَدَّ ثُ عَنْ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ عَنِ ابْنِ
السِّمْطِ: أَنَّهُ خَرَجَ مَعَ عُمَرَ إلَى ذِي الحُلَيْفَةِ فَصَلَّى
رَكْعَتَيْنِ، فضسَأَلْتُهُ عَنْ ذَلِكَ، فَقَلَ: إِنَّمَا أَصْنَعُ كَمَا
رَأَيْتُ رَسُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ.
Artinya : “Hasyim bin Qasim menceritakan
kepada kami, Syu’bah menceritakan kepada kami dari Yazid bin Khumair Al Hamdani
Abu Umar, dia berkata: Aku mendengar Habib bin Ubaid menceritakan dari Jubair
bin Nufair, dari Ibnu Simth:
Bahwa dia keluar bersama Umar ke Dzul
Hulaifah, kemudian Umar melakukan shalat dua rakaat, maka aku pun (Ibnu Simth)
menanyakannya tentang hal itu, dan dia menjawab, ‘Aku hanya melakukan sesuai
yang aku lihat pada Rasulullah SAW’.”
Maksud
Hadits (Syarh Hadits)
Maksud hadits ini ialah bahwa Umar
melakukan sholat dua rakaat ketika ia keluar ke Dzul Hulaifah seperti apa yang
dilakukan Rasulullah SAW.
Alur Sanad Hadits
Dari hadits di
atas dapat di ambil alur sanadnya yaitu:
![]() |
Riwayat Akademik dan Jarh wa Ta’dil
1. Syurahbil
bin Simth
Nama lengkapnya Syurahbil bin Simth bin al-Aswad bin Jabalah bin
Adiyy bin Rabi’ah bin Mu’awiyah al-Karomin bin al-Harits bin Mu’awiyah bin
Tsauru bin Marta’ bin Kindi al-Kindi, Abu Yazid.
Guru-gurunya :
Umar bin al-Khattab, Salman al-Farisi, ‘Amr bin Abas al-Salmi, Ubadah
bin as-Samth, Ka’ba bin Murra al-Bahzi.
Murid-muridnya :
Jubair bin Nufair al-Hadrami, Salman bin Abi al-Ja’d, Sulaiman bin ‘Amir
al-Kula’il al-Khaba’ri, Abu Ubaida bin Uqba, Makhul al Shami.
Komentar :
Ø Muhammad bin
Sa’d berkata, “ Mengeluarkan delegasi islam
Nabi Muhammad SAW”.
Ø An-Nasa’i berkata, “Tsiqah”.
Berdasarkan kritikus diatas dapat dikatakan
bahwa Syurahbil Tsiqah, maka informasi yang dikemukakan dapat dipercaya.
2. Jubair bin
Nufair
Nama
lengkapnya Jubair bin Nufair bin Malik, Abu
Abdurrahman Al-Hadhrami Al-Hamshi. Anak dari Nufair bin Malik
al-Hadrami, anaknya bernama Abdur Rahman bin Jubair.
Lahir di
Yeman/Hijaz, tinggal di Syam dan wafat pula di Syam pada tahun 80 H.
Merupakan salah seorang Kibar Al-Tabiin. Mengambil hadits diantaranya dari Busr bin Jahasy, Tsauban dan Jurtsum. Sedangkan yang mengambil
hadits dari beliau diantaranya adalah, Al-Harits bin Yazid, Khalid bin Ma’dan
bin Abi karib, ‘Aidzullah bin Abdillah, Abdurrahman bin Jubair bin Nufair,
Makhul, Yahya bin Jabir bin Hasan dsb.
Guru-gurunya :
Abu Bakar As-siddiq, Umar bin al-Khattab,
Nufair bin Malik al-Hadrami, Abu Dhare Al-Ghaffari, Abu al-Darda’, Khalid bin
al-Walid, Ubadah bin as-Samith, Ibnu Umar, Mu’awiyah ibn Abu Sufyan, Syurahbin
ibn Simth, dan lainnya.
Murid-muridnya :
Abdurrahman bin Jubair, Tsabit bin
Sa’ad, Harits bin Yazid al-Hadrami, al-Misriy, Habib bin Ubaid, Rabi’ah bin
Yazid, Sulaiman bin ‘Amr, Syurahbil bin Sulaiman, dan lainnya.
Komentar :
Ø Abu Zari’ah
dan Abu Khatim berkata, “ Tsiqah”.
Adapun derajatnya dalam Jarh Wa Ta’dil adalah Tsiqah
3. Habib bin
Ubaid
Nama lengkapnya Habib bin Ubaid
ar-Rahabiy, Abu Hafs as-Syamiy al-Hadrami.
Guru-gurunya :
Arbad bin Sariyya al-Salmi, Zubayb bin Tha’laba, Abu Umama bin Sahl,
‘Utsba bin Abd al-Slmy, Habib bin Muslama, Jubair bin Nufair al-Hadrami, Bilal
bin Abi al-Darda’, Aisya bin Abi Bakar.
Murid-muridnya :
Huraiz bin ‘Utsman bin Jabir, Tsaur bin Yazid al-Rahbi, Mu’awiyah bin
Sahl bin Hadayr, Yazid bin Khumair al-Rahby.
Komentar :
Ø An-Nasa’i berkata, “ Tsiqah”.
Ø Abu Bakar al-Baghdadi berkata, “ katanya Habib mengatakan:
saya menyadari tujuh puluh orang dari para sahabatnya”.
An-Nasa’i mengatakan tsiqah, maka Habib
dapat dipercaya, Abu Bakar mengatakan bahwa ia bersahat dengan tijuh puluh
orang , itu berarti Habib di senangi dengan banyak orang.
4. Yazid bin
Khumair
Nama lengkapnya Yazid bin Khumair bin Yazid al-Rahabi al-Hamdani Abu
Umar al-Syami al-Himsi.
Guru-gurunya :
Abdullah bin Basr al-Maazni, Abu Umama al-Bahili, Abdur Rahman bin
Jabir, Habib bin Ubaid Amin al-Kula’i al-Khaba’ri, Bisry bin Ubaidillah, dan
lainnya.
Murid-muridnya :
Safwan bin Amr bin Harm al-Saksaki, Syu’bah bin al-Hajjaj, Muhammad bin
Juhadah, Wadah bin Abdullah al-Yashkari, dan lainnya.
Komentar :
Ø Sulaiman bin
Harb berkata: Syu’bah dari ayahnya Yazid bin
Khumair, berkata, “ Tsiqah”.
Ø Abdullah bin
Ahmad bin Hanbal, dari ayahnya berkata, “ Sholihul Hadits”.
Ø Harbi bin
Ismail, dari Ahmad
bin Hanbal berkata, “ Modern dan hadits hasan”
Ø Utsman bin
Sa’id al-Darami, dari Yahya bin Ma’in berkata, “ Tsiqah”.
Ø Abu Khatim berkata, “ Sholihul Hadits , Tsiqah
imam saduq”.
Tidak ada seorang pun dari kritikus hadits
yang mencela pribadi Yazid. Pujian-pujian yang diberikan orang kepadanya
dikemukakan oleh kritikus berperingkat tinggi dan tertinggi.
5. Syu’bah bin
Al-Hajjaj
Nama sebenarnya adalah Abu Bustham Syu’bah Ibnul Hajjaj al “Utakiy al Azdy, ia berasal dari Wasith kemudian hijrah dan menetap di Bashrah.Ia seorang ulama dari golongan tabi’ittabi’in dan seorang yang hafidh dari tokoh hadits.
Ia menerima hadits dari IbnuSirin, Amr bin Dinar, asySya’by dan dari sejumlah tabi’in lainnya.
Diantara yang menerima hadits
darinyaa dalah al A’Masy, ayyub as Sakhtayany, Muhammad IbnuIshaq, atsTsaury,
IbnuMahdy, Wakie’, Ibnul Mubarak, Yahya al Qaththandanlainlainnya.
Beliau diakui sebagai imam hadits yang sangat kokoh
hapalannya.
Guru-gurunya :
Yazid bin Khumair as-sami, Aban bin Taghlib, Ibrahim bin 'Amir
bin Mas'ud, Ibrahim bin Muhammad, Ibrahim bin Muslim
al-'Abdi, Ibrahim bin Mhajr
bin Jabir, Ibrahim bin Maysara
al-Ta'ifi, Ibrahim bin Maymun Kufi, al-Azrq bin Qays
al-Harithy, Isma'il bin Abi
Khalid al-Ahmsi, Isma'il bin Raja'a
bin Rabi'a al-Zubaidi, Isma'il bin Smy', Isma'il bin 'Abdur
Rahman al-Saddi, Isma'il bin Ibrahim
- Ibn 'Aliya, al-Aswad bin Qays al-Bdy, Ash'th bin Swar al-Kndy, Ash'ath bin Abi
al-Ash'atha, Asha'th bin
'Abdullah bin Jabir, Anas bin Sirin, Ayoub al-Sakhtiyani, Ayoub bin Musa bin
'Amr bin Sa'id, Badayl bin Maysarah, Bryd bin Abi Maryam, Bstam bin Muslim bin
Nmyr, Bashyr bin Thabit
al-Ansari, Bkyr bin Ata'a al-Lythy, Byan bin Bashr al-Ahmsi, Tauba al-'Anbari
al-Basri, Twbh Abu Sdqh al-Ansari, Thabit bin Aslam
Albanani, Thabit bin Hurmuz, Thwyr bin Abi
Fakht'h Sa'id, Jabir bin Yazid bin
al-Harith, Jama' bin Shadad
al-Maharbi, Jabla bin Sahaym, Ja'far bin Muhammad
bin 'Ali, Ja'far bin Iyas (Abi
Wahshiyya), Qatada, Hatm bin Abi Sghyrh, Hadr bin al-Mhajr
Abu 'Isa, Habib bin Abi Thabit, Habib bin al-Zubair
bin Mshkan, Habib bin Zayd bin
Khallad, Habib bin al-Shaheed
al-Azdi, Hjaj bin 'Asim al-Mharby, Hjaj bin al-Wrd
al-Azdy Mwla, al-Hur bin al-Sabah, Harb bin Shadaad
al-Yashkari, al-Hasan bin 'Imran
al-'Asqalani, al-Husain bin
Dhakwan al-Mua'lam, Husayn bin 'Abdur
Rahman al-Salmi, al-Hakam bin 'Utayba, Hmad bin Abi Sulaiman
,
Hameed bin Nafi'
al-Ansari, Hameed bin Hilal, Hameed bin Abi Hameed, Khalid bin Mahran
al-Hadha', Khbyb bin 'Abdur Rahman, Khlyd bin Ja'far bin
Tryf, Khalifa bin Ka'b Abu
Dhabyan, Da'ud bin Frahyj
Mwla bina, Da'ud bin Abi Hnd, Da'ud bin Yazid bin Abd, al-Rabi' bin Lwt
al-Ansari, Ziyad bin Fyad al-Khza'y, Ziyad bin Mkhraq, Zayd bin al-Hwary Abu, Zayd bin Muhammad
bin Zayd, g, Sa'id bin Yazid bin
Muslima, K'ab bin Suwar al-Azdy.
Murid-muridnya :
Hasyim bin al-Qasim, Ayub al-Sakhtiyani, Sulaiman al-A'mash, Sa'd bin Ibrahim, Ibn Ishaq, (His Shaikh), Jarir bin Hazim bin Zayd, Sufyan bin Sa‘id
Ath-Thawri, al-Hasan bin Salah
bin Salah, Yahya bin Sa'id bin
Farroukh al-Qatan, 'Abdur Rahman bin Mahdi, Waki' bin al-Jarrah, 'Abdullah bin Idris
bin Yazid al-Audi, 'Abdullah bin Mubarak, Yazid bin Zari', Sulaiman bin Da'ud
bin al-Jarud, Hisham bin 'Abdul
Malik al-Tayalasi, Isma'il bin Ibrahim
- Ibn 'Aliya, Ibrahim bin Tahman, Hammad bin Usamah, Sharayk bin 'Abdullah, 'Isa bin Yonus bin Abi
Ishaq, Mua'dh bin Mua'dh
bin Nsr, Hashaym bin Bashayr
bin al-Qasim, Yazid bin Harun, Abu 'Amir al-'Aqdi, Muhammad bin Ja'far
bin Abi Kathir, Muhammad bin Ja'far
Ghandar, Muhammad bin Abi 'Adi, al-Nadr bin Shumayl
al-Maazni, Aadm bin Abi Iyas, Badal bin al-Mahbar
bin al-Munbah, Hajjaj bin al-Minhal, Hafs bin 'Umar Abu, Sa'id bin al-Rabi', Sulaiman bin Harb, al-Dahhak bin Mukhlad
Abu 'Asim al-Nabil, 'Asim bin 'Ali bin 'Asim, 'Affan bin Muslim, 'Amr bin Marzuq al-Bahli, al-Fadl bin Dakayn,
Abu Na'eem, 'Abdullah bin
Muslima al-Qa'nabi, Muslim bin Ibrahim
al-Azdy, 'Ali bin al-J'ad
al-Jauhri.
Komentar :
Ø Ahmad
bin Hanbal
berkata,” Tidak ada di masa Syu’bah orang yang sepertinya dalam bidang hadits
dan tidak ada yang lebih baik tentang hal hadits dari padaanya”.
Ø AsySyafi’iy
berkata, “
Andai kata tidak ada Syu’bah, orang irak tidak banyak mengetahui hadits”.
Ø Sufyan
ats Tsaury
berkata,” Syu’bah adala hAmirul Mukminin dalam bidang hadits”.
Ø Shalih
Ibnu Muhammad
berkata,” Ulama yang mau mengatakan tentang hal rijal hadit sadalah Syu’bah”.
Ø Ibnu Sa’ad berkata, “ Dia itu tsiqah ma’mun sabt hujjah”.
Ø Al-‘Ajali berkata, “ Dia itu tsiqah sabt, tetapi agak sedikit
ada kesalahan di bidang rijalul hadits”.
Ø Ad-Daraqutni
berkata, “
Syu’bah banyak mengalami kesalahan di bidang rijalul hadits karena
kesibukannya untuk lebih banyak menghafal matan hadits”.
Hampir
seluruh kritikus hadits memuji Syu’bah. Kekurangan Syu’bah menurut al-‘Ajali
dan ad-Daraqutni adalah di bidang rijalul hadits dan bukan di bidang matan
hadits. Mungkin saja kesalahan yang telah dialami Syu’bah berkaitan dengan
penilaian kualitas perawi hadits, atau mungkin dalam menyebutkan urutan sanad,
atau mungkin pada segi tertentu lainnya. Ulama yang mengkritik tersebut tidak
memberikan penjelasan lebih jauh.
6.
Hasyim bin Qasim
Nama lengkapnya
Hasyim bin Bashar bin al-Qasim (Abu Mu’awiyah).
Lahir pada
tahun 104 H, dan wafat di Baghdad pada tahun 183 H.
Guru-gurunya :
al-Qasim bin Mhran al-Qaysy, 'Abdul Malik bin
'Umayr al-Qabti, Ya'la bin 'Ata', 'Abdul 'Aziz bin Suhaib, Sulaiman bin Tarkhan
al-Taymi, Isma'il bin Abi
Khalid al-Ahmsi, 'Amr bin Dinar, 'Ubaidullah bin Abi Bakr, 'Asim al-Ahwal, Husayn bin 'Abdur
Rahman al-Salmi, Hameed bin Abi Hameed, Siyar Abu al-Hakam
al-Anzi, Khalid bin Mahran
al-Hadha', Sulaiman al-A'mash, 'Abdullah bin Abi
Salah al-Saman, 'Abdul Malik bin Aby, 'Umar bin Abi Salma
bin 'Abdur Rahman, Isma'il bin Salm
al-Sa'agh, al-'Awwam bin Hushab, Ata'a bin al-Sa'ib
al-Thaqifi, Muhammad bin Muslim
bin Tadras, Yahya bin Sa'id
al-Ansari, Sulaiman bin Abi
Sulaiman, Yahya bin Abi Ishaq, 'Abdul Hameed bin Ja'far, al-Mughira bin Maqsam, Mnswr bin Zadhan, Hisham bin Hassan
al-Azdi, Wasil bin 'Abdur Rahman.
Murid-muridnya :
Komentar :
Ø Utsman bin
Sa’id al-Darimi, dari Yahya bin Ma’in berkata ,“Tsiqah”.
Ø Al-Ijli berkata, “ Orang yang penuh semangat,
Tsiqah, dan orang di Baghdad bangga”.
Ø Abdullah bin
Ahmad bin Hanbal, dari ayahnya berkata, “ Orang yang penuh semangat”.
Hasil Analisis
Berdasarkan uraian diatas dari analisis
hadits sampai kepada riwayat akademik dan Jarh wa Ta’dil, dapat diambil
kesimpulan (natijah), bahwa:
1. Hadits ini merupakan hadits yang
berkesinambingan, tapa mengalami keterputusan perawi, karena memang perawi yang
meriwayatkan memiliki hubungan guru dan murid.
2. Hampir seluruh perawi memiliki pribadi yang
baik, dan kebanyakan tsiqah.
3. Secara keseluruhan hadits tersebut adalah
sahih.
4. Adapun criteria hadits sahih adalah :
Ø Sanadnya bersambung
Ø Diriwayatkan oleh orang yang
yang tsiqah
Ø Diriwayatkan oleh orang yang
dhabit
Ø Tidak adanya Syadz
Ø Tidak adanya ‘Illat(cacat)
IV.
PENUTUP
Demikianlah makalah yang telah kami susun. Kami menyadari masih
banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna pada makalah ini. Untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa kami butuhkan. Semoga
makalah kami ini bermanfaat bagi pembuat pada khususnya dan pada pembaca pada
umumnya. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Mizzi,
Al-Khafidz Jamaluddin Abi Al-Khajjaj Yusuf.1994. Tadhibul Kamal fi
Asmairrijal. Beirut Libanon :
Darulfikr.
Dr. M. Ismail Syuhudi 1992. Metodologi Penelitian Hadis Nabi.
Jakarta: PT.Bulan Bintang.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar