KIMIA INTI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Kimia inti adalah ilmu yang
mempelajari struktur inti atom dan pengaruhnya terhadap kestabilan inti serta
reaksi-reaksi inti yang terjadi pada proses peluruhan radio nuklida dan
transmutasi inti. Penggunaan teknik-teknik kimia dalam mempelajari zat
radioaktif dan penggunaan keradioaktifan untuk menyelesaikan persoalan kimia
dipelajari dalam bidang radiokimia. Sedangkan bidang ilmu kimia yang
mempelajari efek radiasi yang dipancarkan oleh zat radioaktif terhadap materi
dan perubahan kimiawi yang menyertainya disebut kimia radiasi[1]
Dewasa ini kita sering mendengar
tenaga listrik pembangkit nuklir, radiasi dan sebagainya. Sebagian dari kita
merasa takut dan menghindarinya. Di beberapa negara, PLTN (Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir) sudah banyak dikembangkan dan dimanfaatkan, tidak hanya itu
radioaktifitas juga memiliki banyak manfaat. Tetapi mengapa dinegara dengan
uranium melimpah seperti Indonesia belum mampu mengembangkan dan
memanfaatkannya? Lalu bagaimana dengan bom nuklir yang menghancurkan kota
Hiroshima dan Nagasaki, adakah hubungannya dengan kimia inti?
1.2 RUMUSAN
MASALAH
1. Apakah
sifat reaksi inti ?
2. Bagaimanakah
inti yang stabil?
3. Apa
sajakah Radioaktifitas yang ada di alam?
4. Apa
yang dimaksud transmutasi inti?
5.
Apa yang dimaksud dengan reaksi fisi dan fusi inti
6. Apa
sajakah kegunaan isotop?
7. Apakah
dampak biologis dari radiasi?
BAB II
PEMBAHASAN
1. SIFAT REAKSI INTI
Inti merupakan padatan pada pusat
atom yang berisi proton dan neutron.
Sementara itu, elektron berada di luar inti, yaitu
pada tingkat-tingkat energi tertentu (kulit atom). Proton bermuatan positif, neutron tidak
bermuatan, dan elektron bermuatan negatif. Atom
yang bersifat netral mengandung jumlah proton dan
elektron
sama, tetapi jumlah neutron suatu atom pada unsur dapat
bervariasi. Atom dari unsur-unsur yang sama dan memiliki jumlah neutron yang
berbeda disebut sebagai isotop. Semua unsur yang
memiliki nomor atom lebih besar dari 83 adalah unsur radioaktif.
Jenis lain radioaktifitas dikenal sebagai transmutasi inti, yang
dihasilkan oleh pemboman inti oleh neutron, proton atau inti
lain. Terdapat tiga cara utama yang menyebabkan terjadinya peluruhan isotop radioaktif
secara alami yaitu : pemancaran partikel alfa (α), pemancaran partikel beta
(β), pemancaran radiasi gamma (γ). Selain itu, terdapat pula dua cara peluruhan
radioaktif yang kurang umum, yaitu : pemancaran positron (β+),
penangkapan elektron (e-)
1.1
Menyetarakan
Persamaan Inti
Kita dapat meramalkan suatu partikel radioaktif yang meluruh dengan
mengetahui partikel lainnya. Ramalan ini melibatkan penyetaraan reaksi inti (reaksi
inti adalah reaksi yang melibatkan
perubahan pada struktur inti). Penyetaraan reaksi inti merupakan
suatu proses yang sangat sederhana. Dalam reaksi inti,
kita mengenal istilah reaktan dan produk.
Reaktan adalah
senyawa yang digunakan, sedangkan produk merupakan senyawa baru yang
terbentuk.Untuk semua reaksi inti yang
harus disetarakan, jumlah semua nomor atom pada
sisi kiri tanda panah harus sama dengan jumlah semua nomor atom pada sisi kanan
tanda panah. Hal yang sama juga berlaku untuk jumlah
nomor massa[2]
Dalam menyetarakan persamaan
inti terdapat dua aturan yaitu:
a.
Jumlah total
proton ditambah neutron dalam produk dan dalam reaktan harus sama (kekekalan
nomor massa)
b.
Jumlah total
muatan inti dalam produk dan dalam reaktan harus sama (kekekalan nomor atom)[3]
2. TEORI KESTABILAN INTI
2.1 Pengertian Kestabilan Inti
Inti menempati bagian yang sangat kecil dari volume suatu atom, tetapi
mengandung sebagian besar massa dari atom karena baik proton maupun neutron
berada didalamnya. Dalam mengkaji stabilitas inti atom, ada baiknya kita
mengetahui tentang kerapatannya, agar kita menyadari betapa rapatnya
semua partikel itu dikemas. Sebagai contoh perhitungannya kita asumsikan
bahwa suatu inti mempunyai jari-jari 5 × 10 ̄ ³ pm pada massa 1 × 10 ̄ ²²
g. Angka-angka ini kira-kira sama dengan inti atom yang mengandung 30 proton
dan 30 neutron.[4]
Kerapatan yang sangat tinggi dari inti membuat kita ingin tahu apa yang membuat
pratikel-pratikel tersebut begitu rapat.
Interaksi saat elektrolisis diketahui bahwa muatan
sejenis saling tolak dan muatan tak sejenis saling tarik. Tentu kita akan menduga bahwa proton-proton akan saling
tolak sangat kuat, terutama mengingat letak mereka yang begitu berdekatan. Dan
memang demikianlah adanya. Namun, selain tolakan , ada juga tarik-menarik jarak
pendek antara proton dan proton, proton dengan neutron, dan neutron dan
neutron. Stabilitas semua inti ditentukan oleh selisih antara tolakan
elektrolistik dan tarikan jarak pendek. Jika tolakan melampaui tarikan, inti
terdisintegrasi (meluruh), memancarkan partikel dan atau radiasi. Jika tarikan melampaui
tolakan, inti menjadi stabil.
2.2
Faktor Penentu Kestabilan Suatu Inti
Faktor utama yang menentukan suatu inti satabil atau tidak ialah perbandingan
neutron-terhadap-proton (n/p). Atom stabil dari unsur yang mempunyai nomor atom
rendah, nilai n/p mendekati 1. Meningkatnya nomor atom, perbandingan neutron
terhadap proton dari inti stabil menjadi lebih besar dari 1. Penyimpangan pada
nomor-nomor atom yang lebih tinggi ini muncul karena dibutuhkan lebih banyak
neutron untuk melawan kuatnya tolak-menolak pada proton-proton ini dan
menstabilkan inti. Kestabilan inti tidak dapat di ramalkan, namun ada beberapa
aturan berikut yang berguna dalam mempredeksi stabilitas inti, yaitu sebagai berikut[5]:
1. Inti yang mengandung 2, 8, 20, 50, 82, atau 126 proton atau
neutron biasanya lebih stabil dibandingkan inti yang jumlah proton atau
neutronnya bukan inti. Contohnya, ada 10 isotop stabil timah (S2 ) dengan nomor
atom 50 dan hanya 2 isotop stabil antimony (Sb) dengan nomor atom 51. Bilangan
2, 8, 20, 50, 82, dan 126 dinamakan bilangan ajaib. Pengaruh bilangan ini untuk
stabilitas inti sama dengan banyaknya elektron untuk gas mulia yang sangat
stabil (yaitu 2, 10, 18, 36, 54, dan 86 elektron).
2. Inti
dengan bilangan genap proton dan neutron biasanya lebih stabil dibandingkan
apabila keduanya memiliki bilangan yang genap.
3. Semua
isotop dari unsur-unsur dengan nomor atom lebih besar dari 83 bersifat
radioaktif. Semua isotop tiknetium (Tc, Z = 43) dan prometium (Pm, Z=61) adalah
radioaktif.
4. Kestabilan
inti dapat dikaitkan dengan angka banding neutron-proton yang cocok.[6]
Teori pasangan nukleon nuklida yang tidak stabil akan selalu meluruh
(memancarkan partikel) untuk mencapai kestabilan agar energi ikat rata-rata
nukleonnya bertambah energi rata-rata itu berbeda antara satu nuklida dengan
yang lainnya. Yang menarik adalah adanya puncak-puncak pada 4He, 12C,
16O, 10Ne dan 24Mg). Berarti nuklida tersebut
mempunyai energi ikat rata-rata lebih besar daripada nuklida didekatnya,
dengan memperhatikan nukleonnya, 4He (2p-2n), 12C
(6p-6n), 16O (8p-8n) dan seterusnya mempunyai proton dan neutron
genap. Dengan kata lain kestabilan inti ditentukan oleh genap atau ganjilnya
proton dan neutron ini didukung oleh fakta bahwa lebih dari setengah jumlah
nuklida yang stabil mempunyai proton dan neutron genap.[7]
2.3.
Pita Kestabilan
Inti-inti stabil
terletak disuatu daerah pada grafik dan dikenal sebagai pita stabilitas (belt
of stability). Kebanyaknya inti radioaktif terletak diluar pita ini. Diatas
pita stabilitas, inti mempunyai pebandingan neutron terhadap proton lebih
tinggi dibandingakan di dalam pita (untuk jumlah proton yang sama). Untuk
menurunkan perbandingan ini (dan dengan demikian, bergerak turun ke arah pita stabilitas),
inti-inti ini mengalami proses yang dinamakan pemancaran (emission) partikel ß.
Pemancaran partikel ß mengakibatkan peningkatan jumlah proton dalam inti dan
inti sekaligus menurunkan jumlah neutron.
Gambar 2.1. Isotop Stabil
dan Pita Stabilitas

Dibawah pita stabilitas ini, inti mempunyai perbandingan
neutron terhadap proton lebih rendah dibandingkan pita ( untuk jumlah proton
yang sama ). Untuk meningkatkan perbandingan ini ( dan dengan demikian bergerak
naik kearah pita stabilitas) , inti-inti ini bisa memancarkan positron atau bisa juga
mengalami penangkapan elektron.
Penangkapan elektron ( electron capture ) ialah
tertangkapnya sebuah elektron-biasanya electron 1s oleh inti. Elektron
yang ditangkap bergabung dengan proton membentuk neutron sehingga nomor
atom menurun sebanyak satu sementara nomor masa tetap sama. Proses ini
mempunyai efek bersih yang sama dengan pemancaran positron.[8]
2.4.
Energi Ikatan Inti
Satu ukuran kuantitatif dari stabilitas inti ialah energi
ikatan inti (nuclear binding energy), yaitu energi yag diperlukan untuk memecah
inti menjadi kompen-komponennya, proton dan neutron. Kuantitas ini menyatakan
konfersi massa menjadi energi yang terjadi selama berlangsungnya reaksi inti
eksotermik yang menghasilkan membentuk inti. Konsep energi ikatan inti
berkembang dari kajian sifat-sifat inti yang menunjukan bahwa massa inti lebih
rendah dari pada massa nukleon, yaitu istilah umum untuk proton dan neutron
dalam inti. Misalnya, isotop 19Fe mempunyai massa atom 18,9984 sma. Intinya mempunyai 9
proton dan 10 neutron dan dengan
demikian totalnya 19 nukleon . dengan menggunakan massa atom
H yang diketahui (1,007825 sma) dan neutron (1,008665
sma) , ketika dapat melakukan anilisis berikut . Massa 9 atom
H (artinya, massa 9 proton dan 9 elektron) ialah
9 × 1,007825 sma = 9,070425 sma
Dan
massa 10 neutron ialah
10 × 1,008665 sma = 10,08665 sma
Jadi,
massa atom dari atom Fe dapat dihitung dari jumlah elektron, proton, dan
neutron yang diketahui :
9,070425 sma + 10,08665 sma = 19,15708 sma
Yang
lebih besar daripada 18,9984 sma (massa terukur dari
Fe) sebanyak 0,1587 sma. Selisih antara massa atom dan
jumlah massa dari proton, neutron, dan electron di namakan cacat massa (mass defect).
Teori relativitas menyatakan bahwa kehilangan massa muncul sebagai energi
(kalor) yang dilepas ke sekeliling. Jadi pembentukan 19Fe adalah
eksotermik. Berdasarkan
hubungan kesetaraan massa-energi Enstein (E = mc², dimana e adalah energi, m
adalah massa, dan c adalah kecepatan cahaya), kita dapat menghitung kebanyakan
enrgi yang dilepaskan . Kita mulai dengan menuliskan
∆E = (∆m)
c²
Dimana
∆E dan ∆m Adalah
∆E = energi produk – energi reaktan
∆m = massa produk – massa rekatan
Jadi,
kita mempunyai perubahan massa
∆m = 18,9984 sma – 19,15708 sma
= -0,1587 sma
Karena
Fe mempunyai massa yang lebih kecil daripada massa yang
dihitung dari banyaknya elektron dan nukleon yang ada, ∆m menjadi
bernilai negative. Akibatnya ∆E juga bernilai negative ; artinya, energi
dilepas ke sekeliling sebgai akibat pembentukan inti fluorin-19. Dengan
demikia, kita menghitung ∆E sebagai berikut :
∆E
= (-0,1587sma) (3,00 × 108 m/s)2
=
-1,43 × 1016 sma m2/s2
Dengan
faktor konversi
1 kg = 6,022 × 1026Sma
1 J = 1 kg m2/s2
Kita
dapatkan
∆E
= -1,43 m2/s2 sma m2s-1 ×
10-26 ×
kg m-2s-2
= -2,37 ×
10-11 J
Ini
merupakan banyaknya energy yang dilepas bila satu inti flourin-19 di bentuk
dari 9 proton dan 10 neutron. Energi ikatan inti dari inti ini ialah 2,37 × 10-11
J, yaitu banyaknya energi yang diperlukan untuk menguraikan intinya ini
menjadi proton dan neutron yang terpisah. Dalam pembentukan 1 mol inti flourin,
misalnya, energi
yang dilepaskan ialah
∆E
= (-2,37 × 10-11 J)(6,002 × 1023/mol
= -1,43 × 1013 J/mol
= -1,43 × 1010 kJ/mol
Dengan
demikian, energi ikatan inti adalah -1,43 × 1010 kJ/mol untuk 1 mol
inti flourin-19 , yang merupakan kuantitas yang sangat besar bila kita
bandingkan dengan entalpi reaksi kimia biasa yang hanya 200 kJ. Cara ini kita
dapat gunakan untuk menghitung energi ikatan dari inti apa pun.
Energi ikatan ini merupakan penanda stabilitas inti. Namun, dalam membandingkan
stabilitas dua inti, kita harus mempertimbangkan fakta bahwa mereka mempunyai
jumlah nucleon yang berbeda. Alasan ini akan lebih berguna jika menggunakan
energi ikatan inti per nukleon, yag di definisikan sebagai
Energi ikatan inti per nukleon = energi ikatan inti : banyaknya nucleon.
Untuk
inti fluorin-19,
Energi ikatan inti per nucleon = 2,37 × 10-11 J : 19 nukleon
= 1,25 × 10-12J/nukleon
Energi ikatan inti per nukleon memungkinkan kita membandingkan stabil inti dari
semua inti dengan basis yang sama. Energi ikatan per nucleon tettinggi dimiliki
unsur dengan nomor massa menengah-yaitu antara 40 dan 100 dan yang terbesar
adalah pada daerah unsure besi, kobalt dan nikel (unsure golongan VIII B) dari
tabel periodik. Ini berarti bahwa gaya tarik
bersih di antara partikel-partikel (proton dan neutron) adalah yang terbesar
untuk inti unsur-unsur tersebut.[9]
3. RADIOAKTIFITAS
ALAMI
3.1. Deret
Radioaktif
Inti radioaktif
tidak selalu meluruh dan menghasilkan inti anak yang stabil. Seringkali inti
anak juga tidak stabil, sehingga terjadi peluruhan berikutnya yang juga belum
tentu stabil. Setelah beberapa kali meluruh, akan terbentuk inti yang
benar-benar stabil. Tahapan-tahapan peluruhan tersebut akan mengikuti suatu
urutan yang disebut deret radioaktif. Peluruhan yang demikian disebut peluruhan
berantai.
Masing-masing deret radioaktif diberi nama dengan inti induknya.
Deret radioaktif 4n + 2 diberi nama deret uranium. Deret radioaktif 4n + 3
diberi nama deret aktinium. Deret 4n diberi nama deret Thorium dan deret 4n + 1
diberi nama deret Neptunium.
Tabel
3.1. Deret Radioaktif Alam[10]
Deret radioaktif menggambarkan bentuk
transformasi dan masing-masing deret terdiri dari urutan produk nuklida anak
yang semuanya dapat diturunkan dari nuklida induk.
3.2.Kinetika
Peluruhan Radioaktif
Seluruh peluruhan radioaktif termasuk dalam kinetika orde pertama.
Dengan demikian laju peluruhan radioaktif dapat dirumuskan
Laju peluruhan dalam waktu t = l N
l = konstanta laju pertama
(s-1)
N=banyaknya inti radioaktif pada waktu t (atom)
Persamaan diatas merupakan proses orde pertama:
Laju= k. [A]
Ln
= -k.t
Ln
= -ʎ.t
Log
= 
T1/2
= 
Waktu
paruh dari isotop radioaktif sangat beragam dari inti ke inti. Contohnya, kita
temukan kasus ekstrim dibawah ini
Dari data diatas kita dapat melihat perbedaan
yang sangat besar ( ± 1021). Konstanta laju tidak dipengaruhi oleh
perubahan kondisi lingkungan seperti suhu dan tekanan. Sifat yang tak lazim ini
tidak ditemukan pada reaksi kimia biasa.
3.3. Penentuan Umur Spesimen Berdasarkan Peluruhan Radioaktif
a.
Radiokarbon
Diatmosfer selalu terjadi penembakan nitrogen oleh sinar kosmik menghasilkan
karbon-14 yang radioaktif. Karbon ini memasuki biosfer dan dipakai dalam proses
fotosintesis. Lama kelamaan terjadi keseimbangan antara karbon 14 yang diterima
dan yang meluruh dalam tubuh tumbuhan dan hewan, sehingga keaktifan menjadi
15,3 dpm/g dan ternyata konstan untuk beberapa ribu tahun. Jika organisme ini
mati keaktifan atom karbon ini akan menurun. Keadaan ini dapat digunakan untuk
menaksir umur spesimen. Dengan menggunakan rumus=
Ln
= -k.t
t=
Ln 
t=
Ln 
Cara ini efektif untuk menaksir umur objek
dibawah 50.000tahun.
b.
Isotop Uranium-238
Dalam
mineral bumi kita menemukan beberapa isotop timbal 206 yang terbentuk lewat
peluruhan radioaktif. Dari keadaan ini kita dapat mengetahui umur batuan dibumi
dan objek diluar angkasa. Dengan anggapan bahwa awalnya mineral ini belum
pernah mengalami perubahan kimia yang dapat menyebabkan isotop timbal 206
terpisah dari uranium. Dalam menaksir umur batuan kita gunakan perbandingan
masa
terhadap
. Setiap satu mol atau 238g uranium yang
mengalami perubahan sempurna , satu mol atau 206 gram terbentuk. Jika hanya
setengah mol uranium 238 yang mengalami peluruhan, perbandingan massanya menjadi206Pb/238U
menjadi
Proses tersebut akan membutuhkan waktu paruh
4,51 x 109tahun untuk berlangsung hingga selesai.
Perbandingan yang
lebih besar menandakan batuan tersebut umurnya lebih tua dari 4,51 x 109tahun begitupun
sebaliknya.
c. Isotop Kalium–40
Isotop radioaktif Kalium–40 meluruh lewat beberapa
cara, tetapi peluruhan yang relevan dengan penarikhan/dating ialah yang
berhubungan dengan penangkapan elektron:
Akumulasi gas argon-40 digunakan untuk menaksir umur
spesimen. Ketika atom kalium –40 dalam mineral meluruh, argon-40 terjebak dalam
kisi mineral dan dapat dilepas hanya jika material dilelehkan. Dengan demikian,
pelelehan merupakan prosedur untuk menganalisis sampel mineral dilaboratorium.
Bannyaknya argon-40 yang ada dapat dengan mudah diukur menggunakan spektrometer
massa. Dari perandingan argon-40 terhadap kalium-40 dalam mineral dan waktu
peluruhan kita dapat menentukan umur batuan dalam kisaran jutaan sampai
miliaran tahun.
4.
TRANSMUTASI INTI
Dalam percobaan Rutherford tahun 1919, telah memunculkan kemungkinan
dihasilkannya radioaktif secara buatan. Ketika ia membombardir sampel nitrogen
dengan partikel α,reaksi berikut berlangsung:
Suatu
isotop oksigen-17 dihasilkan disertai dengan pemancaran proton. Reaksi ini
menunjukkan untuk pertama kalinya kemungkinan mengkonversi satu unsur menjadi
unsur lain lewat proses transmutasi inti. Transmutasi inti berbeda dari
peluruhan radioaktif karena transmutasi inti terjadi akibat tumbukan dua
partikel.
Reaksi
ini dapat disingkat sebagai
α,p)
. Perhatikan bahwa di
dalam tanda kurung, partikel yang memborbardir ditulis dahulu,diikuti dengan
partikel yang terpancar. Meskipun
unsur ringan biasanya tidak radioaktif, mereka dapat dibuat menjadi radioaktif
dengan membombardir intinya dengan partikel yang sesuai. Seperti dalam isotop
radioaktif karbon-14 dapat dibuat lewat pembombardiran nitrogen-14 dengan
neutron. Tritium,
dibuat sesuai dengan
pembombardiran berikut:
Tritium
meluruh dengan memancarkan partikel β:
Banyak
isotop sintetik dibuat dengan menggunakan neutron sebagai proyektil. Cara ini
sangat mudah karena neutron tidak membawa muatan dan dengan demikian tidak
ditolak oleh inti. Sebaliknya, bila proyektilnya adalah partikel – partikel
bermuatan positif (contohnya,
proton atau partikel α), harus ada energi kinetik yang sangat besar untuk
mengatasi tolakan elektrostatik diantara mereka sendiri dan inti target.
Sintesis fosforus dari aluminium adalah salah satu contohnya:
Pemercepat partikel
menggunakan medan listrik dan medan magnet untuk meningkatkan energi kinetika
dari spesi bermuatan supaya reaksi bisa terjadi.
Berbagai rancangan telah dikembangkan untuk
pemercepat partikel, dimana salah satunya mempercepat partikel di sepanjang
lintasan linear sepanjang sekitar 3 km. Sekarag
dimungkinkan
untuk mempercepat partikel sampai kecepatan diatas 90 persen kecepatan cahaya.
(Menurut teori relativitas Einstein, tidak mungkin partikel bergerak pada
kecepatan cahaya karena satu- satunya pengecualian hanyalah foton yang
mempunyai massa diam sebesar nol). Partikel berenergi sangat tinggi yang
dihasilkan dalam pemercepat
ini
digunakan oleh fisikawan untuk menghancurkan inti atom menjadi
berkeping-keping. Dengan mempelajari keping-kepingan dari penghancur tersebut
diperoleh informasi berharga tentang struktur inti dan gaya pengikatan.
4.1
Unsur Transuranium
Pemercepat
partikel memungkinkan kita mensintesis apa yang dinamakan unsur-unsur
transuranium, yaitu unsur-unsur
dengan nomor atom lebih besar dari 92. Neptunium(Z=93) merupakan yang pertama
dibuat pada tahun 1940. Sejak itu, 21 unsur transuraniumlain telah disintesis.
Semua isotop dari unsur-unsur tersebut bersifat radioaktif. Berikut tabel unsur
transuranium sampai Z=109 beserta reaksi pembentukannya.
TABEL 4.1. Unsur-unsur Transuranium
|
Nomor Atom
|
Nama
|
Lambang
|
Pembuatan
|
|
93
|
Neptunium
|
Np
|
|
|
94
|
Plutonium
|
Pu
|
|
|
95
|
Amerisium
|
Am
|
|
|
96
|
Kurium
|
Cm
|
|
|
97
|
Berkelium
|
Bk
|
|
|
98
|
Kalifornium
|
Cf
|
|
|
99
|
Einsteinium
|
Es
|
|
|
100
|
Fermium
|
Fm
|
|
|
101
|
Mendelevium
|
Md
|
|
|
102
|
Nobelium
|
No
|
|
|
103
|
Lawrensium
|
Lr
|
|
|
104
|
Rutherfornium
|
Rf
|
|
|
105
|
Dubnium
|
Db
|
|
|
106
|
Seaborgium
|
Sg
|
|
|
107
|
Bohrium
|
Bh
|
|
|
108
|
Hassium
|
Hs
|
|
|
109
|
Meitnerium
|
Mt
|
|
*unsur 110-112 dan 114 telah disintesis tetapi belum dinamai.
5. Fisi Inti
Fisi inti (nuclear fission) ialah proses dimana
suatu inti berat (nomor massa > 200) membelah diri membentuk inti-inti yang
lebih kecil dengan massa menengah dan satu atau lebih neutron. Karena inti
berat kurang stabil dibandingkan produknya dan proses ini melepaskan banyak
energi.[11]
Hasil analisis terhadap hasil-hasil penembakan neutron Fermi hanya
mendapatkan dua unsur transuranium yaitu dengan Z = 93, neptunium dan Z = 94,
plutonium. Dilain pihak Joliot Curie-Savitch mengidentifikasi adanya unsur yang
sangat mirip dengan lantanium. Sedangkan Otto Hahn dan Strassman menemukan
adanya unsur
dan
dalam hasil penembakan uranium dengan neutron
termal. Hal ini kemudian dijelaskan oleh Lise Meitner dan Otto Frisch bahwa
isotop 235U menyerap neutron termal tersebut membentuk 236
yang kemudian terbelah menjadi dua fragmen nuklida yang lebih ringan disertai
dengan pelepasan beberapa neutron.[12]
Dari sejarah penemuannya diatas dapat dipahami bahwa
reaksi fisi dilakukan dalam suatu reaktor atom atau reaktor nuklir dengan cara menembaki sasaran, yaitu atom
atau unsur yang dapat membelah (fisi) menjadi atom yang lebih kecil (hasil
belah) yang bersifat radioaktif dengan neutron. Secara umum reaksi fisi dapat
dituliskan dalam bentuk persamaan reaksi inti sebagai berikut:
Keterangan:
X = inti sasaran, atom atau unsur yang dapat membelah
n = neutron penembak yang semula hanya 1, tetapi setelah reaksi inti
manjadi 2 atau 3 neutron baru.
X1,2 = radionuklida (unsur radioaktif) baru yang merupakan hasil
pembelahan.
E = energi hasil reaksi fisi.[13]
Berikut contoh reaksi fisi dari uranium-235:
Agar dapat dipahami lebih jelas, dapat diamati
pada gambar 5.1.
|
Pada pembelahan inti uranium-235 menjadi dua
inti kecil ini ada energi yang dilepaskan. Energi ini dapat diperkirakan dengan
cara menghitung selisih antara energi ikat dari reaktan dan produk, adapun
perhitungannya sebagai berikut:
(energi ikatan inti 90Sr + energi ikat 143Xe) –
enenergi ikatan inti 235U = energi
(1,23 x 10-10 + 1,9 x 10-10) J – 2,82 x 10-10
J = 3,3 x 10-11 J per inti uranium-235
Untuk 1 mol uranium -235, maka energi yang dilepaskan adalah (3,3 x 10-11)
(6,02 x 1023), atau 2,0 x 1013 J. Ini merupakan reaksi
yang sangat eksotermik, terutama jika dibandingkan dengan kalor pembakaran 1
ton batu bara yang hanya sekitar 5 x 107 J.[14]
5.1. Jenis Reaksi Fisi
Berdasarkan
jumlah neutron yang dihasilkan pada reaksi fisi, dikenal 2 jenis reaksi fisi.
Kedua reaksi fisi tersebut adalah:[15]
1)
Reaksi fisi terkendali, yaitu reaksi fisi yang jumalah neutron
hasil reaksi fisi terkendalikan sehingga
tatap sama dengan 1, seperti pada keadaan neutron semula. Paada reaksi fisi
terkendali ini sebelum dan sesudah reaksi tetap sama dengan satu. Hal ini dapat
tercapai dengan menyerap kelebihan neutron. Reaksi fisi terkendali umumnya
terjadi didalam reaktor nuklir.
2)
Reaksi fisi tak terkendali, yaitu reaksi fisi yang jumlah neutron
setelah pembelahan tidak dikendalikan, sehingga neutron hasil pembelahan
mungkin akan menembak sasaran lain sehingga akan dihasilkan lebih banyak lagi
radionuklida baru, seperti halnya yang terjadi pada ledakan bom atom. Akibat
reaksi fisi tak terkendali adalah terjadinya reaksi berantai (yaitu serangkaian
reaksi fisi inti yang dapat berlangsung sendiri tanpa bantuan).
Untuk lebih memahami bagaimana reaksi fisi terkendali dan
bagaimana reaksi fisi tak terkendali terjadi, dapat dilihat ilustrasi paga
gambar 5.2 dan 5.3.
![]() |
Gambar 5.2 Reaksi Fisi Terkendali
Gambar 5.3 Reaksi fisi tak terkendali
6. Fusi Inti
Fusi
inti (nuclear fusion) yaitu penggabungan inti kecil menjadi inti yang
lebih besar. Unsur yang paling ringan stabilitas intinya meningkat
dengan meningkatnya nomor masa. Hal ini memperlihatkan bahwa jika dua inti
bergabung dan membentuk inti yang lebih besar dan lebih stabil, banyak energi
akan dilepas dalam prosesnya. Ini merupakan dasar bagi penelitian pemakaian
fusi inti untuk produksi energi.[16]
Contoh reaksi fusi adalah sebagai berikut:
Reaksi fusi tersebut diatas sering ditulis
dengan:
Keterangan:
P>>> =
tekanan yang sangat tinggi sehingga wadah untuk terjadinya reaksi fisi harus
kuat, dapat menahan tekanan yang tinggi tersebut.
T>>> =
suhu untuk memicu reaksi fusi sangat tinggi.
E>>> =
energi (panas) yang dihasilkan dari reaksi fusi sangat tinggi.
D2 (1H2) = deuterium atau hidrogen dua untuk
bahan reaksi tersebut diperoleh dari destilasi air laut untuk diambil deuteriumnya.
T3(1H1) = tritium atau hidrogen tiga didapat
dari unsur yang ada pada kulit bumi(kerak bumi).
Ilustrasi reaksi fusi seperti contoh tersebut
diatas dapat dilihat pada gambar berikut:[17]
Gambar 6.1 Reaksi Fusi
Reaksi
fusi inti ini terjadi secara terus menerus di matahari. Karena komponen
penyusun matahari adalah hidrogen dan helium. Di bagian dalamnya dimana suhu
mencapai sekitar 15 juta derajat celsius, reaksi fusi ini dipercaya terjadi :
Karna reaksi fusi hanya terjadi pada suhu
yang sangat tinggi, reaksi ini sering
dinamakan reaksi termonuklir.
7. PENGGUNAAN ISOTOP
Dinegara-negara maju
penggunaan dan penerapan keradioaktifan telah dilakukan diberbagai bidang.
Radioisotop ialah isotop suatu unsur yang radioaktif yang memancarkan sinar
radioaktif. Isotop
suatu unsur baik yang stabil maupun yang radioaktif memiliki sifat kimia yang
sama[18]. Isotop radioaktif
dan stabil banyak diterapkan dalam ilmu pengetahuan dan pengobatan[19]. Beberapa diantaranya:
1. Bidang Kimia dan Industri
a. Penetapan struktur
Rumus ion tiosulfat
S2O32-. Selama bertahun-tahun kimiawan merasa
tidak pasti apakah kedua atom sulfur menempati posisi yang setara dalam ion
ini. Ion tiosulfat dibuat dengan mereaksikan ion sulfit dengan unsur sulfur :
SO32-(aq) + S(s)
→ S2O32- (aq) ( 7.1 )
Ketika tiosulfat
direaksikan dengan asam encer, reaksinya berbalik. Ion sulfit terbentuk kembali
dan unsur sulfur mengendap :
S2O32-
(aq) → SO32-(aq) + S(s) ( 7.2 )
Jika urutan ini dimulai dengan unsur sulfur yang diperkaya dengan isotope
sulfur-35 radioaktif, isotop ini bertindak sebagai “label” bagi atom S. Semua
label dapat dijumpai dalam endapan
sulfur dalam Persamaan 7.2, tidak satupun muncul ion sulfit akhir. Maka jelaslah bahwa
kedua atom sulfur dalam S2O32-
secara structural tidak setara. Jika tidak, isotop
radioaktif akan ada dalam unsur yang mengendap maupun dalam ion sulfit

.
b. Pemrosesan Radiasi
Istilah ini menjelaskan penggunaan radiasi pengion –sinar gamma dari 60Co
atau berkas elektron dari pemacu elektron. Penggunaan yang lebih intensif
adalah dalam pemecahan, pembentukan ulang dan jembatan lantai polimer untuk
mempengaruhi sifat-sifat fisis dan mekanis dari plastik yang digunakan dalam
produksi busa, penyekat listrik dan bahan-bahan pengepakan. Aspek penting dari
pemrosesan radiasi, berbeda dengan analisis pengaktifan netron, sebagai contoh
bahan yang tidak diradiasi (iradiated)
tidak mengandung radioaktif, yang juga menarik adalah kenyataan bahwa
pemrosesan radiasi dapat menghasilkan pengaruh yang diinginkan pada biaya
energi yang murah.[20]
c. Pengkajian Fotosintesis
Pengkajian
fotosintesis juga kaya akan penerapan isostop. Reaksi fotosintesis kesluruhan
dapat digambarkan sebagai :
6CO2 + 6H2O →
C6H12O6 + 6O2
Isotop 14C
radioaktif telah membantu menetapakan lintasan karbon dalam fotosintesis.
Dimulai dengan 14CO2, kita dapat mengisolasi produk antara selama fotosintesis dan
mengukur banyaknya radioaktivitas dari setiap senyawa yang mengandung karbon.
Dengan cara ini , lintasan mulai dari CO2
melalui berbagai senyawa antara sampai karbohidrat dapat dipetakan
dengan jelas. Isotop , terutama isotop radioaktif yang digunakan untuk merunut
lintasan atom suatu unsur dalam proses kimia atau biologi dinamakan perunut (tracer).
d. Perunut Radioaktif ( Radioactive Tracers )
Sifat yang berbeda pada
isotop radioaktif dibandingkan non-radioaktif adalah ketidakmampuan intinya dan
bukan pada sifat fisika maupun kimianya. Jadi dalam setiap proses fisika maupun
kimia kedua macam isotop ini diharapkan berkelakuan sama.
Dalam industry,
pemakaian perunut juga banyak. Jalan suatu katalis di pabrik kimia dapat
diikuti dengan manggabungkan perunut radioaktif pada katalis, sebagai contoh 192Ir
pada katalis Pt-Ir. Dengan mengikuti kereaktifan 192Ir kita dapat
menentukan kecepatan pengangkutan katalis tersebut dan ke arah mana dari
pabrik.[21]
Keuntungan utama
dari penggunaan isotope radioaktif sebagai perunut ialah karena isotop tersebut
mudah dideteksi. Meskipun dalam jumlah kecil, keberadaannya dapat dideteksi
lewat teknik fotografi atau dengan alat yang disebut pencacah (counter)[22].
2. Bidang Kedokteran
Perunut juga digunakan untuk
diagnosis dalam kedokteran . Natrium -24 (pemancar β dengan waktu paruh 14,8
jam ) yang disuntikan kedalam aliran
darah sebagai larutan garam dapat dipantau untuk merunut aliran darah dan
medeteksi kemungkinan penyumbatan atau penyempitan dalam sisitem peredaran.
Iodin-131 (pemancar β dengan waktu paruh 8 hari) telah di gunakan untuk untuk
menguji aktifitas kelenjar tiroid.
Tiroid yang tidak berfungsi dapat di deteksi dengan cara memberi minum pasien
suatu larutan yang mengandung sejumlah tertentu Na131I dan mengukur
radioaktivitas tepat di atas tiroid untuk melihat apakah iodin di serap dengan
laju normal. Tentu saja, banyaknya radioisotop yang di gunakan dalam tubuh
manusia harus tetap kecil; jika tidak, pasien dapat menderita kerusakan
permanen akibat radiasi berenergi tinggi. Isotope radioaktif lain dari iodin.
Yaitu iodin-123 (pemancar sinar y), di gunakan untuk menangkap citra otak[23]. Selain itu dengan dosis rendah radiasi pengion dapat menyebabkan kanker,
tetapi radiasi tersebut juga (khususnya sinar gamma) dapat digunakan dalam pengobatan
kanker. Dewasa ini pengobatan radiasi dengan
menggunakan berkas netron dilakukan terhadap beberapa bentuk kanker.
3. Bidang Pertanian
Radiasi gamma dapat
digunakan untuk memperoleh bibit unggul dan radioisotop fosfor untuk
mempelajari pemakaian pupuk oleh tanaman.
4. Bidang Industri
Untuk mendeteksi
kebocoran pipa yang ditanam dalam tanah atau beton, menentukan kehausan atau
keroposan yang terjadi pada bagian pengelasan antar logam.
5. Penentuan umur batuan atau fosil
8. DAMPAK
BIOLOGIS DARI RADIASI
Dibagian ini kita
akan membahas secara ringkas efek radiasi pada system biologis. Akan tetapi,
pertama-pertama kita definisikan ukuran radiasi secara kuantitatif. Satuan
dasar dari radioaktivitas ialah curie (Ci); 1 Ci tepat sama dengan 3,70 x 1010
disintegrasi (peluruhan) inti per detik.
Laju peluruhan ini setara dengan peluruhan 1 g radium. Satu milicurie
(mCi) ialah seperseribu curie. Jadi, mCi dari sampel karbon -14 ialah
kuantintas yang mengalami
(10 x 10-3)(3,70
x 1010) = 3,70 x 108
Disintegrasi per
detik. Intensitas radiasi bergantung pada banyaknya disintegrasi serta pada
energy dan jenis radiasi yang dipancarkan. Satu satuan yang umum digunakan
untuk dosis radiasi yang diserap ialah rad (Radiation Absorbed Dose ), yaitu
banyaknya radiasi yang menghasilkan
penyerapan 1 x 10-5 J per gram materi yang diradiasi. Efek
biologis dari radiasi. Dengan alasan ini rad sering dikalikan dengan sebuah
faktor yang dinamakan RBE (Relative Biological Effecttiviness). Hasilkalinya
dinamakan rem (Roentgen Equivalent for Man).
1 rem = 1 rad x 1 RBE
Dari ketiga jenis
radiasi inti, partikel α biasanya mempunyai daya tembus paling rendah. Partikel
beta mempunyai daya tembus lebih besar daripada partikel α, tetapi lebih kecil
dibandingkan daya tembus sinar –γ. Sinar gamma mempunyai panjang gelombang yang
sangat pendek dan energi tinggi. Selain itu, karena sinar gamma tidak mempunyai
muatan maka sinar ini tidak
dapat dihentikan oleh materi penghalang seperti yang mudah dilakukan untuk
partikel α dan β. Bagaimanapun, jika pemancar α atau β masuk kedalam tubuh ,
efek kerusakannya semakin besar karena organ terus menerus disinari oleh
radiasi yang merusak dalam jarak dekat. Contohnya strontium -90, suatu pemancar
β dapat menggantikan kalsium dalam tulang , dimana kerusakan paling hebat akan
timbul.
Perlu ditekankan bahwa pemaparan
(exposure) jangka pendek pada radiasi, dengan dosis 50-200 rem akan mengakibatkan
penurunan jumlah sel darah putih dan komplikasi lain, sementara dosis 500 rem
atau lebih besar dapat mengakibatkan kematian dalam hitungan minggu. Standar keamanan
saat ini mengizinkan pekerja nuklir terpapar tidak lebih dari 5 rem per tahun dan
menentukan maksimum 0,5 rem dari radiasi buatan per tahun umtuk khalayak umum.
Dasar kimia dari kerusakan radiasi
ialah radiasi ionisasi . Radiasi dari partikel α dan β atau sinar –γ dapat
mengambil electron dari atom dan molekul yang terlewati olehnya, mengakibatkan
pembentukan ion dan radikal. Sebagai contoh, ketika air diradiasi dengan sinar
–γ, reaksi berikut akan berlangsung :
Didalam jaringan , ion
superoksida dan radikal lain menyerang membrane
sel dan inang senyawa organik, seperti molekul
enzim dan DNA. Senyawa organik sendiri dapat langsung
terionisasi dan dihancurkan oleh radiasi berenergi tinggi.
Telah lama diketahui bahwa pemaparan
pada radiasi berenergi tinggi dapat menyebabkan timbulnya kanker pada manusia
dan hewan lain. Ciri-ciri kanker ialah pertumbuhan sel yang tidak terkendali.
Sebaliknya, juga telah diketahui bahwa sel kanker dapat dihancurkan lewat
pengobatan radiasi secara benar. Radiasi yang
digunakan untuk pasien harus cukup untuk merusak sel kanker tanpa membunuh
terlalu banyak sel normal dan diharapkan tanpa menimbulkan bentuk kanker lain.
Tabel 8.1.
Rata-Rata Dosis Radiasi Tahunan untuk Orang Amerika
|
Sumber
|
Dosis (mrem/thn)
|
|
Sinar kosmetik
|
20-50
|
|
Bumi dan sekeiling
|
25
|
|
Tubuh manusia
|
26
|
|
Sinar- X medis dan kedokteran gigi
|
50-75
|
|
Perjalanan udara
|
5
|
|
Jatuhan dari uji senjata
|
5
|
|
Limbah nuklir
|
2
|
|
Total
|
133-138
|
Radiasi yang merusak
sistem biologis secara umum disebut sebagai radiasi somatic atau
genetic. Luka somatic ialah luka yang mempengaruhi organisme seumur hidupnya.
Sengatan matahari , kulit gatal merah, kanker, dan katarak adalah beberapa
contoh somatic. Kerusakan genetic berarti perubahan yang diwariskan atau mutasi
gen. Contohnya kromosomnya telah rusak atau berubah oleh radiasi kemungkinan
akan mempunyai keturunan yang cacat[24].
BAB III
PENUTUP
1.1.KESIMPULAN
Inti merupakan padatan pada pusat
atom yang berisi proton dan neutron.
Terdapat tiga cara
utama yang menyebabkan terjadinya peluruhan isotop radioaktif secara
alami yaitu : pemancaran partikel alfa (α), pemancaran partikel beta (β),
pemancaran radiasi gamma (γ).Inti menempati bagian yang sangat kecil dari volume suatu
atom, tetapi mengandung sebagian besar massa dari atom karena baik proton
maupun neutron berada didalamnya.
Inti-inti stabil terletak disuatu
daerah pada grafik dan dikenal sebagai pita stabilitas (belt of stability).
Kebanyaknya inti radioaktif terletak diluar pita ini. Semua nuklida yang
memiliki nomor atom lebih besar dari 83 biasanya bersifat radioaktif. Tiap
nuklida radioaktif mempunyai tetapan keluruhan dan waktu paruh. Laju peluruhan
memiliki perhitungan yang sama dengan kinetika orde pertama. Laju peluruhan
dapat digunakan untuk memperkirakan umur fosil, batuan, bahkan umur bumi. Pemercepat
partikel memungkinkan kita mensintesis apa yang dinamakan unsur-unsur
transuranium, yaitu unsur-unsur dengan nomor atom lebih besar dari 92
Reaksi Fisi inti adalah proses dimana suatu inti berat membelah
diri membentuk inti-inti yang lebih kecil dengan massa menengah dan satu atau
lebih neutron. Dan reaksi fusi inti adalah penggabungan inti kecil menjadi inti
yang lebih besar.
Isotop radioaktif merupakan perunut yang baikdalam reaksi kimia dan
dalam bidang kedokteran. Selain memiliki keuntungan, radioaktif juga dapat
menimbulkan dampak yang berbahaya. Penanganan dan penggunaan yang tepat pada
atom radioaktif dapat memberikan manfaat yang besar dalam berbagai bidang
kehidupan.
Daftar Pustaka
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti, Edisi Ketiga,
Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Jali, Bunbun. 2002. Kimia Inti. Bandung: ITB.
Partana, Crys Fajar, dkk.Kimia Dasar 2. Yogyakarta: JICA
Petrucci, Ralph H. 1987.Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 3.
Jakarta:Erlangga
Wardana, Wisnu Arya. 2000. Teknologi Nuklir. Yogyakarta: ANDI.
http://andykimia03.wordpress.com/tag/penyetaraan-reaksi-inti/ 19 Juni 13, 14:16
http://iting-iting-iting.blogspot.com/2011/04/makalah-kimia-inti-kestabilan-inti.html 13 Juni 13 10:01
http://tamafreshlife.wordpress.com/2009/06/10/penentuan-umur-dengan-teori-peluruhan-zat-radioaktif-1/ 13 Juni13 10:07
[1] Crys Fajar Pratana,dkk. Kimia Dasar
2,(Yogyakarta:JICA), hal. 116
[2] http://andykimia03.wordpress.com/tag/penyetaraan-reaksi-inti/
[3]
Raymond Chang, Kimia Dasar Jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 2004), hal.259
[6]
Keenan, Kleinferter, Wood, Kimia Untuk Universitas Jilid 2, (Jakarta: Erlangga,
1999), hlm. 99
[7] http://iting-iting-iting.blogspot.com/2011/04/makalah-kimia-inti-kestabilan-inti.html
[8] Raymond Chang.... hlm. 260-262
[9] Raymond Chang.....hlm. 262-263
[18] Kimia unsur dan radiokimia hlm 211
[19] Ibid,
hlm 278
[20]
Ralph H.Petrucci-Suminar.Kimia Dasar
Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat – Jilid 3.( Jakarta,
Erlangga,1985). Hlm239
[22] Ibid hal.280
[23]
Ibid hlm 279
[24]
Chang 280-281

Tidak ada komentar:
Posting Komentar