KEPEMIMPINAN
PENDIDIKAN
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah: Dasar-dasar Manajemen Pendidikan
Dosen
Pengampu: Drs.H.Muslam,
M.Ag, M.pd
Kelas: Tadris
Kimia 3
Di susun oleh :
FARIDA ISTIKOMAH 123711006
MUDRIKATUL ASTNA 123711020
ULIL ALBAB 123711030
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latarbelakang
Kepemimpinan merupakan bagian penting dari manajemen yaitu
merencanakan dan mengorganisasi, tetapi peran utama kepemimpinan adalah
mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini
merupakan bukti bahwa pemimpin boleh jadi manajer yang lemah apabila
perencanaannya jelek yang menyebabkan kelompok berjalan ke arah yang salah.
Akibatnya walaupun dapat menggerakkan tim kerja, namun mereka tidak berjalan
kearah pencapaian tujuan organisasi. Guna menyikapi tantangan globalisasi yang
ditandai dengan adanya kompetisi global yang sangat ketat dan tajam.
Sebuah sekolah adalah organisasi yang kompleks dan unik,
sehingga memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi.[1][1] Untuk membantu para kepala sekolah
di dalam mengorganisasikan sekolah secara tepat, diperlukan adanya satu esensi
pemikiran yang teoretis, seperti kepala sekolah harus bisa memahami teori
organisasi formal yang bermanfaat untuk menggambarkan kerja sama antara
struktur dan hasil sekolah. Oleh sebab itu dikatakan bahwa” keberhasilan
sekolah adalah sekolah yang memiliki pemimpin yang berhasil..
Masalah kepemimpinan pendidikan saat ini menunjukan
kompleksitas,baik dari segi komponen manajemen pendidikan, maupun lingkungan
yang mempengaruhi keberlangungan suatu pendidikan. Persoalan yang muncul bisa
sepontan, bisa berulang-ulang, makanya diperlukan interaksi yang kreatif dan
dinamis antar kepala sekolah , guru dan siswa.
Keberhasilan pendidikan di sekolah juga sangat ditentukan
oleh keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola tenaga kependidikan yang
tersedia di sekolah. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan
yang berpengaruh dalam meningkatkan kinerja guru. Kepala sekolah
bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi
sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta
pemeliharaan sarana dan prasarana (Mulyasa 2004:25). Hal tersebut menjadi lebih
penting sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas kepala sekolah, yang
menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan efisien. Dalam perannya
sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah harus dapat memperhatikan kebutuhan
dan perasaan orang-orang yang bekerja sehingga kinerja guru selalu terjaga.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian kepemimpinan
pendidikan?
2.
Bagaimana tipe-tipe kepemimpinan
pendidikan?
3.
Bagaimana cara mengembangkan
kepemimpinan pendidikan?
4. Bagaimankah strategi
(langkah-langkah) dalam Melakukan
pengembangan Budaya Mutu Sekolah?
1.3 Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui arti kepemimpinan
2.
Untuk mengetahui tipe-tipe
kepemimpinan pendidikan
3.
Untuk mengetahui cara mengembangkan
kepemimpinan pendidikan terutama cara mengembangkan kepemimpinan kepala
sekolah.
4.
Untuk mengetahui strategi dalam
melakukan pengembangan budaya mutu sekolah.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1 KONSEPTUALIS VARIABEL
A.
Pengertian Kepemimpinan Pendidikan
“Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai
kemampuan untuk memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan
menggunakan kekuasaan.[2][2] Dalam kegiatannya bahwa pemimpin
memiliki kekuasaan untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan
dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Pada tahap pemberian tugas pemimpin
harus memberikan suara arahan dan bimbingan yang jelas, agar bawahan dalam
melaksanakan tugasnya dapat dengan mudah dan hasil yang dicapai sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan.
Tiap-tiap orang yang merasa terpanggil untuk melaksanakan
tugas memimpin di dalam lapangan pendidikan dapat disebut pemimpin pendidikan,
misalnya orang tua di rumah, guru disekolah, kepala sekolah di sekolah maupun
pengawas pendidikan di kantor pembinaan pendidikan dan di daerah pelayanannya.
Kepemimpinan sangatlah dibutuhkan dalam pembinaan pendidikan.
Secara
umum kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai berikut:
- Kepemimpinan berarti kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi mendorong, mengajak, menuntun, menggerakan dan kalau perlu memaksa orang lain agar ia menerima pengaruh itu dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian sesuatu maksud atau tujuan-tujuan tertentu.[3][3]
- Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapai tujuan dari kelompok itu yaitu tujuan bersama. Pengertian pendidikan itu bersifat universal, berlaku dan terdapat pada kepemimpinan diberbagai bidang kegiatan atau hidup manusia.[4][4]
Dalam satu situasi kepemimpinan terlihat adanya unsur:
orang-orang yang dapat mempengaruhi orang lain disatu pihak, orang-orang yang
mendapat pengaruh dilain pihak, adanya tujuan-tujuan tertentu yang hendak
dicapai dan adanya serangkaian tindakan untuk mempengaruhi dan untuk mencapai
tujuan-tujuan tersebut.
Dengan demikian kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan
yang tidak sama di antara pemimpin dan anggotanya. Pemimpin mempunyai wewenang
untuk mengarahkan anggota dan juga dapat memberikan pengaruh, dengan kata lain
para pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan,
tetapi juga dapat mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya.
Sehingga terjalin suatu hubungan sosial yang saling berinteraksi antara
pemimpin dengan bawahan, yang akhirnya tejadi suatu hubungan timbal balik. Oleh
sebab itu bahwa pemimpin diharapakan memiliki kemampuan dalam menjalankan kepemimpinannya,
karena apabila tidak memiliki kemampuan untuk memimpin, maka tujuan yang ingin
dicapai tidak akan dapat tercapai secara maksimal.
Setelah dipahami pengertian pokok tentang kepemimpinan, maka
dapat dipersempit bahwa kepemimpinan yang dimiliki oleh mereka dalam lapangan
pendidikan.
Kata “ pendidikan” menunjukkan arti yang dapat dilihat dari
dua segi yaitu: pendidikan sebagai usaha atau proses mendidik dan mengajar
seperti yang dikenal sehari-hari. Pendidikan sebagai ilmu pengetahuan yang
membahas berbagai masalah tentang hakekat dan kegiatan mendidik dan mengajar
dari zaman ke zaman dan mengajar dengan segala cabang-cabangnya yang telah
berkembang begitu luas dan mendalam. [5][5]
Oleh karena itu kepemimpinan pendidikan berperan pada
usaha-usaha yang berhubungan dengan kegiatan atau proses mendidik dan mengajar
disatu pihak, dan pada pihak lain yang berhubungan dengan usaha-usaha
pengembangan pendidikan sebagai satu ilmu dengan segala cabang-cabangnya.
Dari titik tolak itu dapatlah disimpulkan pengertian “
kepemimpinan pendidikan” adalah sebagai satu kemampuan dan proses mempengaruhi,
mengkoordinir dan menggerakan orang-orang lain yang ada hubungan dengan
pengembanga ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, supaya
kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih efektif dan efisien di dalam
pencapaian tujuan-tujuan pendidikan.
- Tipe-Tipe Kepemimpinan Pendidikan
Konsep
seorang pemimpin pendidikan tentang kepemimpinan dan kekuasaaan yang memproyeksikan
diri dalam bentuk sikap kepemimpinan, sifat dan kegiatan yang dikembangkan
dalam lembaga pendidikan yang akan dipimpinnya sehingga akan mempengaruhi kualitas hasil kerja yang akan dicapai oleh
lembaga pendidikan tersebut.
Bentuk-bentuk
kepemimpinan sering kita jumpai dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Tetapi disekolahpun terdapat berbagai
macam tipe kepemimpinan ini. Sebagai pemimpin pendidikan yang officiat leader,
yang cara kerja dan cara bergaulnya dapat dipertanggungjawabkan dan bisa
menggerakkan orang lain untuk turut serta mengerjakan sesuatu yang berguna bagi
kehidupannya.
Berdasarkan
sifat da konsep kepemimpinan maka ada tiga tipe pokok kepemimpinan yaitu: tipe
otoriter, tipe laissez faire dan tipe demokrasi.[6][6]
- Tipe otoriter (the autocratic style of leadership)
Pada
kepemimpinan yang otoriter, semua kebijakan atau “policy” dasar ditetapkan oleh
pemimpin sendiri dan pelaksanaan selanjutnya ditugaskan kepada bawahannya.
Semua perintah, pemberian tugas dilakukan tanpa mengadakan konsultasi
sebelumnya dengan orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin otoriter berasumsi
bahwa maju mundurnya organisasi hanya tergantung pada dirinya.[7][7] Dia bekerja sungguh-sungguh,
belajar keras, tertib dan tidak boleh dibantah.
- Tipe Laissez faire (laissez-faire style of leadership)
Pada
tipe “laissez faire” ini, pemimpin memberikan kebebasan yang seluas-luasnya
kepada setiap anggota staf di dalam tata prosedure dan apa yang akan dikerjakan
untuk pelaksanaan tugas-tugas jabatan mereka. Mereka mengambil keputusan dengan
siapa ia hendak bekerjasama. Dalam penetapannya menjadi hak sepenuhnya dari
anggota kelompok atau staf lembaga pendidikan itu.
Pemimpin
ingin turun tangan bilamana diminta oleh staf, apabila mereka meminta
pendapat-pendapat pemimpin tentang hal-hal yang bersifat teknis, maka barulah
ia mengemukakan pendapat-pendapatnya. Tetapi apa yang dikatakannya sama sekali
tidak mengikat anggota. Mereka boleh menerima atau menolah pendapat tersebut.
Apabila
hal ini kita jumpai di sekolah, maka dalam hal ini bila akan menyelenggarakan
rapat guru biasanya dilaksanakan tanpa kontak pimpinan (Kepala Sekolah), tetapi
bisa dilakukan tanpa acara. Rapat bisa dilakukan selagi anggota/guru-guru dalam
sekolah tersebut menghendakinya.[8][8]
- Tipe demokratis (demokratic style of leadership)
Dalam
tipe kepemimpinan ini seorang pemimpin selalu mengikut sertakan seluruh anggota
kelompoknya dalam mengambil keputusan, kepala sekolah yang bersifat demikian
akan akan selalu menghargai pendapat anggota/guru-guru yang ada dibawahnya
dalam rangka membina sekolahnya.
Sifat
kepemimpinan yang demokratis pada waktu sekarang terdapat lebih dari 500 hasil
research tentang kepemimpinan, jika bahan itu dimanfaatkan dengan baik maka
kita akan dapat mempergunakan sikap kepemimpinan yang baik pula. (R.Tjung
Wiraputra, 1976 hl 37).
Dalam
hasil research itu menunjukkan bahwa untuk mencapai kepemimpinan yang
demokratis, aktivitas pemimpin harus:[9][9]
a.
Meningkatkan interaksi kelompok dan
perencanaan kooperatif.
b. Menciptakan iklim yang sehat untuk
perkembangan individual dan memecahkan pemimpin-pemimpin yang potensial.
Hasil ini dapat dicapai apabila ada
partisipasi yang aktif dari semua anggota kelompok yang berkesempatan untuk
secara demokratis memberi kekuasaan dan tanggungjawab.
Pemimpin
demokratis tidak melaksanakan tugasnya sendiri. Ia bersifat bijaksana di dalam
pembagian pekerjaan dan tanggung jawab. Dapat dikatakan bahwa tanggung jawab
terletak pada pundak dewan guru seluruhnya, termasuk pemimpin sekolah. Ia
bersifat ramah dan selalu bersedia menolong bawahannya dengan nasehat serta
petunjuk jika dibutuhkan. [10][10] di dalam kepemimpinannya peimpin
sekolah berusaha supaya bawahannya kelak dapat menjalankan tugasnya sebagai
pemimpin.
- Pengembangan Kepemimpinan Pendidikan
Sedikit mendefinisakan bahwa
pengembangan kepemimpinan adalah usaha untuk meningkatkan kemampuan
kepemimpinan ketingkat yang lebih tinggi.[11][11] Pembinaan
dan pengembangan kepemimpinan pendidikan ini menjadi tugas dan wewenang dari
para pengawas yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas
Pendidikan Nasional. Kemudian tanggung jawab pengawas sekolah berdasar
Keputusan Mentri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 118 Tahun 1996.[12][12]
Keberadaan
struktur, sistem, dan budaya merupakan hambatan perubahan daripada berfungsi
sebagai fasilitator. Tingkat kepentingan yang tinggi sangat membantu dalam
menyelesaikan semua tahap proses transformasi. Jika tingkat perubahan eksternal
terus naik, maka tingkat kepentingan menjadi dominan, organisasi harus (memposisikan
diri) dalam arus pengembangan era global. Model abad kedua puluh bukanlah
merupakan periode yang panjang, tenang atau puas, karena periode ini begitu
singkat, sementara aktivitas kerja sangat padat.
Tingkat
kepentingan yang lebih tinggi memicu dinamisasi kependidikan yang lebih kreatif
dan inovatif. Peningkatan urgensi kepemimpinan pendidikan membutuhkan sistem
informasi kinerja yang jauh lebih unggul daripada apa yang biasanya. Sistem
penyediaam informasi kinerja selayaknya dapat menginformasikan yang valid dan
originalitas, terutama tentang kinerja. Informasi tentang kepuasan peserta
didik harus dikumpulkan lebih akurat.
Dengan demikian, para manajer pendidikan seharusnya
meningkatkan intensitas melihat dan mendengar keluhan para pelanggan (pelanggan
pendidikan) khususnya mereka yang tidak puas terhadap layanan pendidikan. Untuk
menciptakan sistem dan memanfaatkan out put secara produktif, budaya sekolah
dimulai dengan penanaman nilai-nilai luhur, kejujuran, menggabungkan norma dan
kebijakan. Kemudian jumlah rutinitas kinerja yang kurang efektif harus
dihilangkan. Perubahan dimulai dari pemimpin pendidikan, kemudian memberikan
pengaruh terhadap beberapa personel sekolah melalui contoh perilaku yang dapat
membentuk budaya sekolah sehingga menghasilkan beberapa keuntungan oraganisasi
sekolah.
Semua
organisasi pendidikan membutuhkan pemimpin yang baik yang bertanggung jawab.
Kerja sama tim diperlukan untuk menghadapi transformasi secara periodik.
Suksesi di bagian pemimpin organisasi mungkin tidak lagi menjadi media
untuk melatih dan memilih satu orang untuk mengantikan yang lain. Suksesi bisa
menjadi proses pengembangan kepemimpinan pendidikan.[13][13]
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku
pemimpin, diantaranya keahlian dan pengetahuan yang dimilikinya, jenis
pekerjaan atau lembaga yang dipimpinnya, sifat-sifat dan kepribadiannya,
sifat-sifat dan kepribadian pengikutnya, serta kekuatan-kekuatan yang
dimilikinya (Purwanto, 2004: 61). Faktor-faktor ini tentunya juga memiliki
pengaruh dalam pengembangan kemampuannya. Secara internal, seorang pemimpin
dapat melakukan hal-hal yang dapat mengembangkan kemampuannya, diantaranya:
- Selalu belajar dari pekerjaan sehari-hari terutama dari cara kerja anggotanya
- Melakukan observasi kegiatan manajemen secara terencana
- Membaca berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan
- Memanfaatkan hasil-hasil penelitian orang lain
- Berfikir untuk masa yang akan datang
D.
Strategi (langkah-langkah) dalam
Melakukan pengembangan Budaya Mutu Sekolah
Perbaikan mutu berkesinambungan adalah ciri manajemen
pengendalian mutu. Oleh karena itu, untuk mengembangkan budaya mutu sekolah
kepala sekolah dituntut untuk terus mengadakan perbaikan mutu pendidikan secara
berkelanjutan atau berkesinambungan. Jika perbaikan mutu pendidikan
berkesinambungan itu mengacu kepada siklus Deming( Deming cycle) maka,
langkah-langkahnya adalah:[14][14]
1.
Mengadakan riset pelanggan dan
menggunakan hasilnya untuk perencanaan produk pendidikan (plan).
2.
Menghasilkan produk pendidikan
melalui proses pembelajaran (do)
3.
Memeriksa produk pendidikan melalui
evaluasi pendidikan/evaluasi pembelajaran, apakah hasilnya sesuai rencana atau
belum (check).
4.
Memasarkan produk pendidikan dan
menyerahkan lulusannya kepada orang tua atau masyarakat, pendidikan lanjut,
pemerintah dan dunia usaha (action).
5.
Menganalisis bagaimana produck
tersebut diterima dipasar, baik pada pendidikan lanjutan atau di dunia usaha
dalam hal kualitas, biaya dan kriteria lainnya (analyze). (Bounds, G. 1994)
Goetch
dan Davis seperti yang dikutip oleh Nursya’bani Purnama (2006) menyodorkan
checklist berupa langkah-langkah bagi manajer (kepala sekolah) yang bisa
dijadikan pedoman untuk melakukan pengembangan budaya mutu, yaitu:
1.
Identifikasi Kebutuhan Perubahan
Budaya
organisasi saat ini merupakan budaya kualitas jika memenuhi karakteristik
berikut:
a. Komunikasi terbuka dan terus-menerus
b. Saling mendukung partnership
internal.
c. Menggunakan pendekatan kerja tim
dalm menyelesaikan masalah.
d. Berobsesi terhadap perbaikan
terus-menerus
e. Partisipasi dan keterlibatan pekerja
secara luas.
f. Mempertahankan masukan dan umpan
balik dari konsumen.
2.
Menuangkan perubahan yang
direncanakan, secara tertulis perubahan yang akan dilakukan harus dibuat daftar
disertai penjelasnnya.
3.
Mengembangkan rencana untuk membuat
perubahan
Pengembangan
rencana perubahan dapat dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan who-what-when-where-how,
berikut ini:
a. Siapa yang kena pengaruh perubahan?
Siapa tang harus terlibat agar perubahan berhasil? Siapa yang menentang
perubahan.
b. Tugas apa yang harus diselesaikan?
Apa saja hambatan utama perubahan? Produser dan proses apa yang berhubungan dan
kena pengaruh perubahan.
c. Kapan perubahan dilakukan? Kapan
kemajuan perubahan diukur? Kapan pelaksanaan perubahan selesai.
d. Di mana dilakukan perubahan? Dimana
orang-orang dan proses yang terkena pengaruh perubahan?
e.
Bagaimana seharusnya perubahan
dibuat? Bagaimana dampak perubahan terhadap orang-orang dan proses yang telah
ada? Bagaimana perubahan akan meningkatkan kualitas, produktivitas dan daya
saing?
4. Memahami proses transisi emosi[15][15]
Perilaku
perubahan harus memahami proses transisi emosi seseorang seperti yang telah
diuraikan di atas. Pembentukan budaya kualitas termasuk perencanaan dan
aktivitas spesifik dalam setiap bisnis dan departemen. Pembentukan budaya
kualitas harus diawali dengan memahami proses emosi para pekerta. Manajer perlu
untuk mengakui dan mengakomodasi transisi emosi pekerja yang diperlukan tidak
hanya pekerja tetapi juga manager itu sediri sebagai langkah dalam menuju
konversi terhadap kualitas. Goetch dan Davis sebagaimana yang dikutip oleh
Nursyabani purnama (2006) menyebutkan proses transisi emosi yang dilewati
seseorang ketika dikonfrintasi dengan perubahan yang menimbulkan trauma dalam
kehidupannya.
5.
Identifikasi orang-orang kunci dan
membujuk mereka agar mendukung perubahan. Menemukan orang-orang kunci, baik
pendukung maupun penentang perubahanpenting dilakukan untuk penentuan
keterlibatan dan pemberian peran dalam mengambil keputusan.[16][16]
a. Gunakan akal dan pendekatan dari
hati ke hati
Reaksi terhadap perubahan lebih banyak dilakukan dengan
menggunakan perasaan daripada akal,
terutama pada awal perubahan. Oleh karena itu, pendekatan komunikasi dari hati
ke hati yang terbuka akan mendukung keberhasilan pendukung.
b. Lakukan perubahan dengan mesra
Kemesraan merupakan fase hubungan antara pelaku dan penentang perubahan yang
berjalan lamban akan tetapi mengarah pada kondisi yang diharapkan. Pada fase
ini pelaku perubahan mendengarkan secara cermat dan menanggapi dengan sabar
keprihatinan penentang perubahan. Jika hubungan ini berjalan mesra, perubahan
akan berhasil.
c. Dukung, dukung dan dukung
Strategi terakhir dalam melakukan perubahan adalah
memberikan dukungan materill. Moral dan emosi yang diperlukan seseorang untuk
terlibat dalam perubahan. Agar bisa memberikan dukungan, maka pelaku perubahan
harus menjalin komunikasi yang efektif.
2.2
KONTEKSTUALISASI VARIABEL
STUDI
KASUS
Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif, merupakan kunci
kesuksesan di sekolah, karena kepemimpinan kepala sekolah mempunya peran dan
pengaruh yang cukup besar di dalam kehidupan sekolah. Di sini saya mengutip
sebuah permasalahan yang bener-benar terjadi didalam lembaga sekolah dasar.
Sebuat saja namanya pak Anton. Beliau baru saja di angkat menjadi kepala
sekolah di Lembaga SD (sekolah dasar) swasta yang baru 3 tahun beroperasi.
Beliau merasa bersyukur dan senang sekali dengan promo yang beliau dapatkan dan
merasa percaya diri bahwa beliau bisa memimpin SD tersebut agar menjadi
berkembang. Namun baru berusia 2 tahun
memimpin, beliau mulai menghadapi permasalahan yang terus berdatangan.
Mulai dari komplain orang tua soal toilet, kegiatan pembelajaran yang
dinilai tidak berkualitas, sarana yang tidak
memadai serta komunikasi dengan guru yang belum berjalan baik. Setiap kali
beliau menerapkan kebijakan baru selalu ditanggapi dingin oleh para staff atau
anggotanya. Beliau berusaha menjalankan
tugasnya dengan sebaik mungkin, terutama memfokuskan pada hal-hal yang bersifat
administratif. Setelah satu tahun ajaran beliau memimpin sekolah belum
dirasakan perkembangan yang berarti. Komplain-komplain dari orang tua terus
berdatangan mengenai berbagai aspek yang ada di sekolah dan menyampaikan
tuntutan yang begitu tinggi terhadap sekolah.
BAB III
IMPLIKASI DAN PEMBAHASAN
3.1 Penilaian
Sebagai sebuah organisasi, sekolah merupakan lembaga yang
bersifat kompleks dan unik. Di dalamnya terdapat berbagai dimensi yang saling berkaitan
dan menentukan, serta memiliki ciri tertentu yang tidak dimiliki organisasi
lain. Berkembang tidaknya sekolah sagatlah dipengaruhi oleh kepemimpinan dari
kepala sekolah yang merupakan pejabat formal, manajer, pemimpin, pendidik, dan
juga sebagai staf. Dalam hal ini kepala sekolah harus memerhatikan tiga hal,
yaitu proses; pendayagunaan seluruh sumber organisasi; dan pencapaian tujuan
organisasi yang telah ditetapkan.
Mendengar dan membaca studi kasus tersebut sangatlah
prihatin kepada kepala sekolah (pak Anton) tersebut. Namun jika seluruh konsep
tentang kepemimpinan kepala sekolah sudah dilaksanakan dengan baik dan benar
pastilah sekolah tersebut akan maju dan berkembang. Namun kenyataan yang
dirasakan oleh kepala sekolah tersebut tidaklah sesuai dengan yang
diharapkannya. Menurut penilaian pribadi saya, bahwasanya pak anton sebagai
kepala sekolah masih kurang pendekatan terhadap staf atau guru yang ada
disekolah tersebut.
Sebagai pemimpin kepala sekolah pak anton harus mampu mendorong timbulnya kemauan yang
kuat dengan penuh semangat dan percaya diri kepada para guru, staf dan siswa dalam melaksanakan
tugas masing-masing. Juga memberikan bimbingan dan pengarahan para guru, staf
dan para siswa serta memberikan dorongan memacu dan berdiri di depan demi
kemajuan dan memberikan inspirasi sekolah dalam mencapai tujuan.
Tuntutan masyarakat untuk mendapat pendidikan yang baik,
murah dan berkualitas adalah tantangan yang harus dijawab dengan baik, akurat, informatif dan aplikatif oleh kepala
sekolah. Jika ada sekolah yang kekurangan dana tetapi berkualitas,sangat
luar luar biasa kinerja kepala sekolah
beserta seluruh jajarannya.
Kepala sekolah adalah penanggungjawab tunggal yang
bertanggungjawab di lingkungan sekolahnya. Untuk itu, kepala sekolah sebagai
pemimpin harus memiliki sifat kepemimpinan yang sesuai dengan situasi dan
kondisi sekolah.
Dalam teori tentang kepemimpinan bahwasanya ada tiga tipe
kepemimpinan yakni tipe otoriter , tipe laissez faire dan tipe demokratis.
Menurut penilaian dalam hal ketiga tipe ini kepala sekolah tersebut masih
kurang dan belum masuk kedalam tiga tipe kepemimpinan ini. Seperti salah satu
contoh tipe kepemimpinan yakni tipe demokratis bahwasanya tipe ini ketika
mengambil sebuah keputusan diharuskan memusyawarah terlebih dahulu, namun
kenyataannya tidak begitu . sehingga para staf atau pendidik merasa tidak puas
atau senang dalam kepemimpinannya pak anton. Para guru hanya bersikap dingin
terhadap beliau.
Ketika
seseorang sedang mempunyai tugas untuk memimpin sesuatu terutama memimpin
sekolah, kepala sekolah pun harus punya gaya kepemimpinan tersendiri . gaya
kepemimpinan yakni pola-pola perilaku pemimpin yang digunakan untuk
mempengaruhi aktivitas orang-orang yang dipimpin untuk mencapai tujuan dalam
suatu organisasi, dan juga mempertahankan bawahannya dengan meningkatkan
kesejahteraanya serta bagaimana seorang pemimpin atau kepala sekolah
berkomunikasi dengan bawahannya (para staf) yang terlibat. jika gaya
kepemimpinan yang kurang melibatkan bawahan dalam mengambil keputusan, akan
mengakibatkan bawahan merasa tidak diperlukan, karena pengambilan keputusan
tersebut terkait dengan tugas bawahan
sehari-hari. Pemaksaan kehendak oleh atasan
mestinya tidak dilakukan. Namun pemimpin dalam menerapkan gaya
kepemimpinan yang tepat merupakan tindakan yang bijaksana kepada bawahannya.
3.2
Pengidentifikasian
Kepemimpinan merupakan proses dimana seorang individu
mempengaruhi sekelompok individu untuk mencapai suatu tujuan. Untuk menjadi
seorang pemimpin yang efektif, seorang kepala sekolah harus dapat mempengaruhi
seluruh warga sekolah yang dipimpinnya melalui cara-cara yang positif untuk
mencapai tujuan pendidikan di sekolah.
Membaca studi kasus yang sudah tertera diatas, bahwasanya
masih banyak kekurangan yang harus dibenahi dalam kepemimpinan sekolah yang
dikelolanya. Dalam Di antaranya yakni
strategi atau langkah-langkah dalam melakukan pengembang budaya mutu
sekolah tersebut masih sangat kurang dan tidak sesuai dengan konsep didalam
kepemimpinan dalam pendidikan. Seperti halnya identifikasi kebutuhan perubahan
yang mana mempunyai karakteristik tersendiri: komunikasi terbuka dan
terus-menerus, sedangkan melihat dari studi kasus tersebut seorang kepala
sekolah tidak melakukan hal tersebut sehingga para staf ataupun anggota (para
guru) bersikap dingin terhadap kebijakan yang telah dibuat oleh pak Anton
selaku kepala sekolah. Disisi lainnya yakni mengembangkan rencana untuk membuat
perubahan pun masih belum bisa atau masih belum sesuai dengan tujuan yang
diinginkannya, sehingga sekolahpun belum bisa berkembang.
Menurut saya bagaimana sekolah akan
berkembang atau maju pesat sedangkan kepala sekolahpun masih belum bisa memahami bagaimana cara mengembangkan sekolah
tersebut. Jika dalam suatu lembaga tersebut tidak dilakukannya pemikiran
individu dengan individu lainnya pastinya sekolah tersebut akan sulit menyaingi
sekolah yang lain.
Di samping sekolah bertumpu pada
masyarakat, sekolah harus pula mampu mendukung kerukunan antarwarga sekolah.
Kerukunan adalah suatu kondisi sekolah di mana terdapat suasana damai, penuh
kekeluargaan dan juga saling tolong menolong. Sebagai kepala sekolah harus
mampu menciptakan suasana seperti kemampuan menyelesaikan kasus terutama kasus
yang sedang beliau kelola. Kesejahteraan, pengembangan warga dan lain
sebagainya.
3.3
Rekomendasi
Memang sudah kewajiban kepala sekolah untuk memikirkan manajemen sekolah agar manajemen
sekolah menjadi lebih baik dan lebih baik lagi dan agar sekolah yang di
pimpinnya juga tetap bisa menjadi sekolah unggulan. Tapi mungkin cara kepala
sekolah itu salah, system yg diterapkan nya mungkin melebihi batas kemampuan
para guru dan staff, sehingga mereka merasa beban kerja nya terlalu berat
sehingga para guru tersebut merasa cuek terhadap apa kebijakan baru yang dibuat
oleh kepala sekolah tersebut.
Saran saya
adalah,seharusnya kepala sekolah sebagai seorang pemimpin yang bijak, dalam
menerapkan manajemen sekolah yang lebih baik sebaiknya membicarakan dulu kepada
para guru dan para staff untuk meminta
saran dan pendapat mereka sehingga
manajemen sekolah yang diharapkan kepala sekolah bisa berjalan dengan
baik.sehingga tidak ada yang merasa dibebankan. Dan juga kepala sekolah
tersebut harus bisa selalu memotivasi para staf (guru) dan juga siswanya agar
dalam menjalankan kependidikan ini lebih baik lebih maju sesuai yang diharapkan
oleh semua pihak. Dilihat dari permasalahan yang terjadi pada kasus tersebut
yakni masalah toilet atau yang lainnya sebagai kepala sekolah harus lebih cepat
dan cekatan dalam menyelesaikan masalah tersebut, sehingga warga masyarakat
yang mensekolahkan anaknya dilembaga tersebut merasa puas. Terlebih lagi
kinerja seorang guru harus lebih diperbaiki lagi sehingga pengembangan mutu
pendidikan akan tercapai dengan baik.
Di dalam
menghadapi masalah-masalah hendaknya pemimpin pendidikan itu sebisa mungkin
bersikap tenang dan memiliki sifat positif seperti sabar, bijaksana dapat
menempatkan dan mengontrol diri. Dengan cara begitu diharapkan beliau dapat
mengambil keputusan yang sehat.
Pertanggungjawaban itu didukung oleh rasa kasih sayang yang bersifat tidak cari
laba . rasa kasih itu memberi kesabaran terutama kepada kepala sekolah untuk
bisa memahami dan melayani para guru dengan baik.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari
pembahasan di atas maka dapat kita tarik sebuah kesimpulan bahwa kepemimpinan pendidikan adalah Sebagai satu
kemampuan dan proses mempengaruhi, mengkoordinir dan menggerakan orang-orang
lain yang ada hubungan dengan pengembanga ilmu pendidikan dan pelaksanaan
pendidikan dan pengajaran, supaya kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih
efektif dan efisien di dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan.
Sedangkan
sifat dan konsep kepemimpinan itu ada tiga tipe pokok kepemimpinan yaitu: tipe
otoriter, tipe laissez faire dan tipe demokrasi. Adapun faktor yang
mempengaruhi perilaku pemimpin, diantaranya keahlian dan pengetahuan yang
dimilikinya, jenis pekerjaan atau lembaga yang dipimpinnya, sifat-sifat dan
kepribadiannya, sifat-sifat dan kepribadian pengikutnya, serta
kekuatan-kekuatan yang dimilikinya. Secara internal, seorang pemimpin dapat
melakukan hal-hal yang dapat mengembangkan kemampuannya, diantaranya:
- Selalu belajar dari pekerjaan sehari-hari terutama dari cara kerja anggotanya
- Melakukan observasi kegiatan manajemen secara terencana
- Membaca berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan
- Memanfaatkan hasil-hasil penelitian orang lain
- Berfikir untuk masa yang akan datang
Kesimpulan dari sebuah
studi kasus tersebut yakni seorang kepala sekolah harus lebih bijak lagi
dalam membuat sesuatu yang berhubungan dengan peraturan lembaga sekolah,
sebelum peraturan tersebut dibuat diharapkan kepala sekolah tersebut
memusyawarahkan kepada para guru sehingga kerukunan antar guru dan kepala sekolah
berjalan dengan baik. Disisi lain kapsek (kepala sekolah) harus mendahulukan
mana yang lebih penting yang harus diperbaharui jika sarana prasaran yang
dianggap penting seharusnya di dahulukan sehingga wali murid dan siswa tersebut
merasa nyaman masuk kelembaga tersebut. Dan juga kinerja pendidik harus
dievaluasi dan diperbaiki sehingga
proses pembelajaran menjadi efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Indrafachru,soekarto,dkk.1983. Pengantar kepemimpinan pendidikan.
Surabaya: Usana offset printing
Indrafachrudi,
soekarto. 2006. Bagaimana Memimpin
sekolah yang Efektif. Bogor: Ghalia Indonesia.Cet ke 2.
Mulyadi,
M.Pd.I. 2010. Kpemimpinan Kepala Sekolah. Malang: Uin-Maliki Press
(Anggota Ikapi
Nanang Fattah, 1996. Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung
: Rosdakarya.
Nur Munajat, 2011. Hand Out
Leadership, yogyakarta: UIN Suka-Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.
Rohmat, M. Ag, M. Pd. 2010. Kepemimpinan Pendidikan Strategi Menuju
Sekolah Efektif, Yogyakarta: Cahaya Ilmu
Soetopo hendyat,dkk. 1984. Kepemimpinan
dan supervisi pendidikan. Malang :
Bina Aksara
Wahjosumidjo,2002.
kepemimpinan kepala sekolah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
[1][1] Wahjosumidjo,2002.
kepemimpinan kepala sekolah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
[2][2] Nanang Fattah,
1996. Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung : Rosdakarya, hal 88.
[3][3] Indrafachru,soekarto,dkk. 1983. Pengantar kepemimpinan
pendidikan. Surabaya: Usana offset printing hal 23
[4][4] Soetopo hendyat,dkk. 1984. Kepemimpinan dan supervisi
pendidikan. Malang : Bina Aksara. hal 1
[5][5] Indrafachru,soekarto,dkk.
Opcit hal 32
[6][6] Indrafachru,soekarto,dkk.
Opcit, hal 49
[7][7] Mulyadi. 2010. Kepemimpinan kepala sekolah. Malang:
Uin-Maliki Press (Anggota Ikapi) hal 45
[8][8] Soetopo
hendyat,dkk. Opcit. hal 8
[9][9] Soetopo hendyat,dkk. Opcit .
hal 11
[10][10] Indrafachrudi, soekarto. Opcit
.hal 22
[11][11] Nur Munajat,
2011. Hand Out Leadership, UIN
Suka-Fakultas Tarbiyah dan Keguruan: 2011), hal. 39
[12][12] Ibid,. hal. 37
[13][13] Rohmat, M.
Ag, M. Pd, Kepemimpinan Pendidikan Strategi Menuju Sekolah Efektif, (Yogyakarta:
Cahaya Ilmu, 2010), hal. 99-100
[14][14] Mulyadi, kepemimpinan
kepala sekolah, malang: Uin-Maliki press hlm 155
[15][15] Ibid, hal 157
[16][16] Ibid hal 159-160
Tidak ada komentar:
Posting Komentar